Rabu 11 Jun 2014 16:51 WIB

Pernikahan Tradisional Somalia Terancam Punah (1)

Pasangan pengantin Somalia.
Foto: Reuters
Pasangan pengantin Somalia.

Oleh: Nashih Nashrullah

Somalia adalah negara mayoritas Muslim. Konflik yang telah melanda kawasan yang berada di jantung Afrika itu, mengakibatkan hampir setengah dari tujuh juta populasi penduduknya tersebar di seluruh dunia, sebagiannya mesti mengungsi ke sejumlah negara Barat.

Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, adat istiadat berasal dari ajaran agama mereka.

Berbicara soal tradisi pernikahan di Somalia, beberapa dekade yang lalu pernikahan di Somalia merupakan simbol dari kesatuan komunal. Keluarga dari kedua mempelai memiliki peran berbeda yang bisa dimainkan oleh pihak masing-masing.

Prosesi pernikahan tradisional Somalia berlangsung selama tujuh hari secara maraton. Pelaksanaannya dilakukan secara terpisah di antara kedua belah mempelai. Durasi waktu pestanya cukup panjang, biasanya mulai sore hingga menjelang tengah malam.

 

Hari pertama dan tiga hari berikutnya disebut dengan “Sadexda” (yang berarti ketiga). Pada keempat hari tersebut, perayaan digelar di rumah pengantin wanita dengan tari-tarian khas Somalia.

Sedangkan, tiga hari terakhir pesta dilangsungkan di rumah mempelai pria. Dalam budaya Somalia, hari-hari terakhir itu disebut “Toddobad” (ketujuh).

Ada tradisi yang disebut “Baraambur” atau memuji kedua mempelai. Pesta sangat meriah disiapkan oleh kedua belah pihak. Beragam makanan tradisional akan disajikan.

Para ibu bertugas mempersiapkan dan memastikan rumah yang ditempati nyaman bagi kedua pasangan, setidaknya untuk beberapa pekan pertama, kebiasaan ini kerap diistilahkan dengan “Bisha Malabka” (bulan madu).

Para tamu dan kerabat dari kedua pihak saling bertukar hadiah pada kesempatan tersebut, yang kerap dinamakan dengan “Sooryo” (hadiah pernikahan).

Tak jarang hadiah berwujud uang yang dibagi di antara mereka sendiri. Hadiah itu bisa pula berupa sekadar  pujian atau ucapan selamat. Pernikahan Somalia modern yang dilangsung di negara Barat, meninggalkan budaya ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement