Senin 24 Sep 2012 03:30 WIB

Jejak Islam di Louvre

Rep: Feri Kisihandi/ Red: M Irwan Ariefyanto
Museum Louvre di Paris, Prancis akan meresmikan bangunan yang khusus menyimpan benda-benda peninggalan Islam.
Museum Louvre di Paris, Prancis akan meresmikan bangunan yang khusus menyimpan benda-benda peninggalan Islam.

REPUBLIKA.CO.ID,Langkah Denise Spacensky ke Museum Louvre, Prancis membuatnya memiliki pandangan baru mengenai Islam dan peradabannya. Sabtu (22/9), ia menjadi salah satu pengunjung pertama yang memasuki departemen seni Islam di museum itu yang telah dapat dikunjungi publik, yang pada Selasa lalu (18/9) diresmikan oleh Presiden Prancis Francois Hollande.

Setelah menikmati deretan hasil karya peradaban Muslim dari abad ketujuh hingga ke-19, ia menyebut Islam melahirkan peradaban murnid dan damai. Bagi dia, pembukaan bagian baru museum ternama itu bertepatan dengan beragam peristiwa di dunia yang menyangkut Islam. Termasuk film dan kartun tentang Nabi Muhammad.

Ribuan koleksi buah peradaban Muslim melahirkan pandangan lain mengenai Islam dan pemeluknya.’’Saya harap ini akan membuka pikiran orang-orang Barat mengenai betapa menariknya peradaban Islam tetapi juga begitu kompleksnya Muslim yang tak mereka pahami,’’ ujar pensiunan guru seni Cina ini seperti dikutip AFP.

Asa yang dilabuhkan oleh pihak museum memang untuk menawarkan pemahaman lebih baik terhadap Islam, dengan demikian pandangan curiga Barat terhadap agama ini luruh. Pembangunan memakan waktu hampir satu dekade menelan biaya sebesar 131 juta dolar AS. Dana itu ditanggung Prancis dan ditopang pula oleh Arab Saudi, Maroko, Kuwait, Oman, dan Azerbaijan.

 

Tak heran, Pangeran Waleed bin Talal dan istrinya Amira al-Taweel serta ibu negara Azerbaijan, Mehriban Aliyeva hadir saat peresmian departemen ini. Pangeran Waleed merupakan donor individu yang mengeluarkan lumayan banyak dana untuk Louvre. Uang sekitar 48 juta dolar AS yang ia donasikan membuat pembuatan departemen baru di museum tersebut menjadi memungkinkan.

Sekitar 3.000 ribu unit hasil karya Muslim pada abad ketujuh hingga ke-19 dari Eropa hingga India tersebar di ruangan dua lantai seluas 3.000 meter persegi. Termasuk di dalamnya surat cinta tertua di dunia Islam. Departemen seni Islam ini berada di Visconty Courtyard, Louvre. Ruangan ini dilengkapi dengan kaca dan atap baja yang bergelombang.

Ada alasan bagi sang pangeran mengapa begitu antusias. ‘’Sejak peristiwa 11 September 2001, kewajiban bagi semua Muslim menjelaskan kepada Barat tentang islam yang sebenarnya dan betapa damainya agama ini,’’ katanya seperti dikutip BBC. Saat peresmian, Presiden Francois Hollande mengatakan peradan Islam lebih tua, bergema, dan lebih toleran.

Sayangnya, jelas dia, pada masa sekarang ada sejumlah kalangan yang berpura-pura mengatasnamakan Islam namun tak menunjukkan toleransi. ‘’Perilaku mereka bertentangan dan menghapus prinsip Islam karena mereka menyebarkan kekerasan dan kebencian.’’

Sementara, Sophie Makariou, kepala Departemen Seni Islam Louvre menjelaskan, dunia yang besar ini dibangun oleh orang-orang berbeda yang berbicara dalam aneka bahasa. Bahasa Arab, yang digunakan di dunia islam serta peradaban Islam perlu diketahui masyarakay luas. Meski ada pula lontaran pandangan kritis yang disampaikan Marwan Mohammad dari Collective Againts Islamophobia.

Ia menyatakan, jika bertanya pada orang-orang di jalan tak akan banyak yang peduli departemen seni Islam telah dibuka. Mereka tak akan tahu tentang itu. Ia berargumen, ada juga pusat budaya Islam di dekat Louvre yang didanai pemerintah tetapi tak satu pun yang datang ke sana. ‘’Sebab mereka berpikir tak ada hubungannya dengan mereka.’’

Menurut dia, Hollande melihat Islam hanya sebagai elemen budaya dan sejarah bukan sesuatu kenyataan, budaya yang kini hidup di tengah masyarakat Prancis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement