Jumat 01 Jul 2011 20:58 WIB

Imam Masjid New York: Mimpi Itu Masih Hidup

Rep: agung sasongko/onislam/ Red: Krisman Purwoko
Feisal Abdul Rauf
Foto: time.com
Feisal Abdul Rauf

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kontroversi proyek pembangunan masjid dekat lokasi hancurnya menara kembar WTC New York tak lagi terdengar. Suara lantang terdiam seketika saat pemerintah AS mengkonfirmasi berita kematian Usamah Bin Laden.

"Mimpi itu masih hidup," kata Imam Feisal Abdul-Rauf, dalam sebuah sesi wawancara yang dilansir oleh Onislam.net, Jum'at (1/7). Menurut dia, sekalipun tidak bisa dibangun dekat lokasi hancurnya menara kembar WTC, masih ada tempat lain. "Itu akan terjadi," ujarnya.

Feisal mengatakan kehadiran "rumah Cordova", demikian dia menyebutnya, memiliki peran penting dalam usaha membangun hubungan lintas agama antar komunitas. Menurut dia, perkembangan Muslim AS yang cepat merupakan momentum untuk mendirikan pusat komunitas yang tidak hanya membicarakan isu-isu Muslim AS tetapi juga membicarakan jenis hubungan antar komunitas Islam AS dan Non Islam. "Inilah saatnya," kata dia.

Di awal, niat Feisal membangun semacam Islamic Center telah memicu sentimen anti Muslim di AS. Tak terhitung kasus perusakan, intimidasi dan pelecehan terhadap simbol-simbol Islam. Kendati demikian, Feisal tetap teguh dengan pemikirannya bahwa AS mau tidak mau menerima kehadiran Muslim di negara mereka. 

Sebagai jembatannya, Faisal melihat Islamic Center merupakan solusi yang tepat untuk mempertemukan warga AS dan komunitas Muslim. "Saya selalu tegaskan, tempat ini bukan hanya untuk Muslim, tapi mereka yang hendak mengenal Islam," kata dia.

Mimpi lain

Selain bermimpi membangun sebuah jembatan pemahaman melalui Islamic Center, Feisal punya mimpi lain. Mimpi itu adalah mendirikan organisasi yang menyatukan umat Islam di segala penjuru AS. "Visi saya, selama 20 tahun terakhir adalah untuk mendirikan semacam pusat YMCA, organisasi pemuda kristen,"katanya.

Menurut dia, Muslim AS perlu membuat organisasi semacam ini. Melalui organisasi ini, Muslim AS yang terpencar dapat bersatu guna menciptakan pemahaman tentang Islam. "Temui non-Muslim, Jelaskan kepada non-Muslim bahwa agama kita mengajarkan keramahan," kata dia. 

Sebagai gambaran, kata Feisal, Nabi Muhammad SAW diawal misi tidak menjalani shalat dengan suara keras. Sebab, Nabi menyadari situasi itu akan menyinggung orang lain. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement