Selasa 21 May 2019 16:46 WIB

Kisah Penjelajah Muslim Mengarungi Lautan

Pakar geografi dan penjelajah Muslim saling mengoreksi teori tentang bumi.

Lautan nan dalam (ilustrasi)
Foto: bachelortrade.com
Lautan nan dalam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teori tentang bumi silih berganti bermunculan. Cendekiawan Muslim seakan saling menguatkan dan mengoreksi terhadap teori yang telah ada. Pakar geografi dan seorang penjelajah, Ahmad bin Umar bin Rustah, misalnya, menyampaikan teorinya bahwa bumi berbentuk bulat. Ia memproklamasikannya pada pertengahan 890 Masehi.

Dengan keyakinannya itu, ia menggambarkan bumi bak bola raksasa dengan satu titik sebagai poros benda angkasa. Di tengah bola raksasa dipenuhi udara. Pada masa berikutnya, pendapat yang sama disampaikan cendekiawan Muslim lainnya, seperti Ahmad bin Muhammad bin al-Faqih al-Hamadhani, Ubayd Allah bin 'Abd Allah bin Khurradadhbeh, dan Abu al-Hasan 'Ali al-Husayn bin 'Ali Mas'udi.

Teori tadi juga dibuktikan dengan sebuah fakta. Jika seseorang berjalan dari sebuah titik, dia bakal kembali ke titik di mana dia bermula. Dalam kitab Taqwim al-Buldan karya Abu'l-Fida (wafat 1331 M), diungkapkan tentang eksperimen serupa. Terdapat tiga orang yang bepergian dari sebuah titik menuju ke arah timur, barat, dan menuju titik semula.

Ketiganya kembali ke titik yang telah ditentukan dengan varian waktu berbeda. Orang yang bepergian menuju arah timur akan sampai lebih cepat sehari dari rekannya yang menuju ke arah barat. Hasil ini dilihat berdasarkan terbit dan tenggelamnya matahari. Pola kerja matahari ini sebenarnya telah disebutkan al-Biruni dalam kitab Jamahir.

Al-Biruni menyebutkan, dua kutub matahari yang terletak di beberapa wilayah tidak terbit selama enam bulan secara terus-menerus. Berbagai teori tadi terus dikuatkan oleh banyak kenyataan. Saat pasukan Muslim tiba di kawasan Spanyol pada 646 M, mereka melihat ujung Lautan Atlantik.

Berbagai eksplorasi kemudian dilakukan Muruj adh-Dhahab pada 956 M.

"Di tengah kabut lautan (Atlantik) menyimpan banyak misteri bagi para penjelajah,'' ujar Dhahab. Salah satunya, sebuah tempat yang disebut sebagai titik Akhbar az-Zaman yang kini telah lenyap. Di tempat itu, banyak petualang yang berjuang mempertahankan hidupnya. Kejadian ini menimpa petualang asal Kordoba, Khashkhash, yang pernah berlayar bersama sekumpulan pemuda menyusuri gugusan laut ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement