REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW merupakan pribadi yang sederhana. Beliau memilih jalan hidup zuhud karena mengutamakan kepentingan umat dan martabat agama Islam di atas urusan diri pribadi.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk tidak silau terhadap kenikmatan dunia. Namun, hal itu tidak berarti kaum Muslimin meninggalkan dunia sama sekali. Idealnya, seorang Muslim juga tidak mengabaikan hak-haknya di dunia, serta menjadikan dunia sebagai persiapan menuju akhirat kelak.
Di antara bekal duniawi adalah harta benda. Terkait ini, Rasulllah SAW menasihati para sahabatnya. “Barang siapa mengambil (harta) haknya, maka dia akan memeroleh keberkahan dalam hartanya. Sebaliknya, barang siapa mengambil (harta) yang bukan haknya, maka dia laksana seseorang yang makan, tapi tak kunjung kenyang,” demikian sabda beliau.
Seorang sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah harta dapat memunculkan keburukan?”
“Kebaikan akan memunculkan kebaikan pula,” jawab beliau shalallahu ‘alaihi wasallam.
Selanjutnya, Nabi SAW memberikan perumpamaan tentang perlunya hidup secukupnya, tidak bergelimang harta, tetapi pun tidak serba sulit. Musim hujan dapat menumbuhkan pelbagai zat yang menyakiti hewan ternak. Hewan itu akan selamat bila dia memakan rumput sekadar untuk kenyang, untuk kemudian buang air dan berjemur di bawah terik matahari pagi. Bila lapar datang, dia makan rumput lagi.
Simpulannya, lawan dari kerakusan bukanlah kemiskinan, tetapi merasa cukup. Orang yang rakus jauh dari keberkahan, termasuk dalam urusan harta. Padahal, dunia hanyalah perkara sementara yang juga akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di Hari Akhir.
Keberkahan lebih bernilai daripada bermewah-mewahan. Yang terakhir itu justru membuat manusia lalai dari mengingat Allah SWT. Hal ini sudah diisyaratkan dalam Alquran, antara lain surah al-Hadid ayat 20. Artinya, "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kamu, serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak ..."