Sabtu 06 Apr 2019 15:30 WIB

Penerjemah Alquran Pertama di Bumi Nusantara.

Alquran ke dalam bahasa Melayu yang tertuang dalam kitab tafsir Tarjuman al Mustafid

Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meluasnya Islam ke seluruh penjuru Tanah Air tidak terlepas dari peran sejumlah ulama. Berkat jasa mereka, Indonesia menjadi negara mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Salah satu ulama yang berkontribusi terhadap penyebaran Islam di Indonesia, yakni Syekh Abdurrauf As Singkili. Ia merupakan penerjemah Alquran pertama di Bumi Nusantara.

Baca Juga

Syekh Abdurrauf menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Melayu yang tertuang dalam kitab tafsir Tarjuman al Mustafid. Ulama asal Aceh tersebut memang dikenal sebagai sastrawan, sufi, sekaligus guru.

Pria yang lahir pada 1615 Masehi atau 1035 Hijriyah itu bernama lengkap Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri as-Singkili. Ayahnya seorang ula ma dari Arab Saudi, sedangkan ibunya dari kota kecil di pantai barat Sumatra bernama Fansur atau Barus.

Ketika masih kecil, Syekh Abdurrauf mempelajari ilmu agama serta bahasa Arab dari ayahnya sen diri. Setelah remaja, ia pergi ke Banda Aceh untuk melanjutkan pendidikannya. Saat itu Aceh di pimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Seperti diketahui, di bawah kepemimpinannya, Aceh meng alami masa keemasan sekaligus puncak kekuasaan.

Sultan Iskandar Muda juga sangat mendu kung penyebaran Islam. Dengan begitu, agama ini turut berkembang pesat pada masa pemerintahannya. Tidak berhenti di satu daerah, selanjutnya sekitar 1642, Syekh Abdurrauf berangkat ke Arab Saudi. Selain untuk menunaikan ibadah haji, ia juga berencana memperdalam keilmuannya.

Dia lalu pergi ke Yaman untuk menuntut ilmu di dua lembaga pendidikan bergengsi kala itu, yakni Bait al-Faqih dan Zabid. Di Bait al-Faqih, Syekh Abdurrauf belajar dengan ahli fikih dan hadis, seperti Ibrahim bin Abdullah bin Ja'man serta Ishak bin Muhammad bin Ja'man.

Syekh Abdurrauf sempat pula menimba ilmu di Madinah. Di negeri tersebut ia bahkan mendapat gelar khalifa tarekat Syatariah dan Qadi ri yah, yaitu gelar yang menandakan pelajarannya selesai.

Di Makkah atau Madinah, Syekh Abdurrauf pernah menjadi guru yang mengajar banyak murid dari berbagai negara selama kurang lebih 19 tahun. Sembari mengajar, dia juga meman faat kan waktu untuk menulis berbagai kitab. Sampai akhirnya, ia memutuskan kembali ke tanah kelahirannya pada 1661. Setibanya di Aceh, dirinya bertekad mengembangkan dunia pendidikan sekaligus Islam di sana.

Pada tahun 1693 atau 1105 Hijriyah, sang ulama besar itu mengembuskan napas terakhirnya pada usia 73 tahun. Dirinya kemudian dimakamkan di dekat muara sungai Aceh yang terletak se kitar 15 kilometer dari Banda Aceh.

Syekh Abdurrauf pun diberi gelar Tengkyu Syiah Kuala yang kemudian diabadikan menjadi nama perguruan tinggi di Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala. Hingga sekarang, ia dikenal sebagai gurunya para ulama.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement