Kamis 14 Feb 2019 21:00 WIB

Mengenal Hasan al-Bana, Sosok di Balik Ikhwanul Muslimin (2)

Hasan al-Bana berinisiatif mendirikan IM

Logo ikhwanul muslimin
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
Logo ikhwanul muslimin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 1923, Hasan al-Bana lulus dari sekolah dasar keguruan di Damanhur, Mesir, dengan predikat terbaik di kelasnya. Tidak hanya belajar, di sana dia juga sambil mengembangkan kemampuan berorganisasi.

Hasan al-Bana sangat gemar membaca. Waktu itu, dia cukup terpengaruh tulisan-tulisan Imam Ghazali, khususnya buku Ihya Ulumuddin. dia juga giat melahap terbitan-terbitan al-Manar, majalah yang diasuh Rasyid Ridha, tokoh modernis Islam. Selain Ridha, pemikiran Muhammad ‘Abduh juga memengaruhi cakrawala Hasan.

Setelah melalui pertimbangan dan nasihat dari guru-gurunya, Hasan al-Banna menapaki pendidikan tinggi ke Darul Ulum, Kairo. Inilah lembaga yang memadukan pengajaran ilmu-ilmu agama dengan sains. Di sinilah Hasan banyak berinteraksi dengan mahasiswa yang berpikiran modern dan progresif, termasuk para murid Muhammad ‘Abduh.

Pada 1927, dia lulus dari Darul Ulum. Selanjutnya, Hasan bekerja sebagai guru di Ismailiyyah. Di sinilah kesadarannya semakin menebal terkait kondisi Mesir. Kota Ismailiyyah termasuk kawasan urban yang banyak dipengaruhi kebudayaan Barat, utamanya Inggris.

Hampir tiap hari, Hasan menyaksikan dan merasakan langsung bagaimana ekses buruk hegemoni Barat. Penderitaan rakyat sangat kentara di wajah letih para pekerja Mesir di Terusan Suez. Melihat itu, Hasan semakin ingin berbuat sesuatu. Memang, dia turut aktif di berbagai pergerakan. Misalnya, ketika aksi demo terjadi. Hasan ikut serta, berorasi, dan bahkan berpuisi di tengah massa yang mengusung revolusi 1919.

Gudrun Kramer menjelaskan, Hasan al-Banna semakin aktif berdakwah di tengah komunitasnya di Ismailiyyah. Dia juga sering menulis artikel yang intinya menyuarakan kritik terhadap dominasi Barat. Tulisan-tulisannya antara lain terbit di jurnal al-Fath di Kairo.

 

Lahirnya Organisasi IM

Hasan al-Bana memiliki perhatian yang besar akan nasib rakyat Mesir dan umat Islam khususnya pada masa itu. Pada November 1927, sebuah organisasi pemuda Muslim, Jam‘iyyat al-Shubban al-Muslimin, berdiri.

Perhimpunan ini berafiliasi dengan al-Hizb al-Watan, partai yang bervisi persatuan umat Islam sedunia. Tentu saja, partai tadi dengan tegas menyuarakan sikap anti-Inggris. Dengan mengikuti organisasi itu, Hasan al-Banna memeroleh inspirasi untuknya kelak mendirikan Ikhwanul Muslimin (IM).

Baca juga: Mengenal Hasan al-Bana, Sosok di Balik Ikhwanul Muslimin (2)

Bagaimana awal pendirian Ikhwanul Muslimin? Gudrun Kramer mengutip penjelasan dari Hasan al-Banna sendiri dalam Memoirs. Suatu saat di bulan Maret 1928, enam orang laki-laki mendatangi Hasan al-Banna. Mereka sudah sering menyimak atau menghadiri langsung kajian-kajian yang diselenggarakan Hasan di Ismailiyyah.

Kepada Hasan al-Banna, mereka mengungkapkan kegelisahannya. Betapa orang-orang Arab dan kaum Muslim pada umumnya hidup dalam kehinaan di hadapan penjajah. Umat Islam perlu mengorganisasi setiap elemen yang ada, untuk kemudian belajar dan bangkit bersama-sama.

Enam orang tadi kemudian meminta kepada Hasan al-Banna agar membentuk sebuah organisasi tempa bagi aktivis Muslimin yang berminat untuk berproses bersama, membangkitkan Islam dari keterpurukan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement