Ikrimah terus meningkatkan kualitas iman dan ketakwaannya. Di samping belajar, dia juga ikut ke kancah peperangan dalam membela kehormatan agama Islam.
Salah satu pertempuran yang dia ikuti adalah Perang Yarmuk. Di sini, pasukan Muslim menghadapi Romawi yang terus mengusik ketenangan umat Islam di perbatasan. Pimpinan pasukan Muslim ada di tangan Khalid bin Walid.
Dalam perang tersebut, pasukan Muslim sempat terdesak. Namun, dengan gagah berani Ikrimah memimpin beberapa orang untuk menggempur gelombang pasukan Romawi. Padahal, saat itu Khalid bin Walid sudah meminta Ikrimah agar mundur sejenak.
“Ikrimah, kamu jangan bodoh! Kembali ke sini! Bila engkau mati, itu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin,” seru Khalid.
“Biarkan saja, wahai Khalid. Biarkan aku menebus dosa-dosaku yang telah lalu. Aku telah memerangi Rasulullah SAW di beberapa medan peperangan sebelum ini. Maka pantaskah aku setelah masuk Islam lari dari kejaran tentara Romawi? Tidak. Sama sekali tidak!” jawabnya sambil tetap melangkah maju.
Ikrimah lantas berseru kepada para pengikutnya, “Siapakah di antara kalian yang berani mati bersamaku!?”
Segera, beberapa Muslim berdiri di samping Ikrimah. Mereka lantas menerjang pasukan Romawi. Bagaikan singa kelaparan, Ikrimah berhasil memukul mundur tentara musuh.
Namun, luka-luka di tubuhnya semakin parah. Di akhir pertempuran, banyak jasad pasukan Muslim yang bergeletak. Di antara mereka, ada tiga mujahid Muslim dalam keadaan kritis.
Sakaratul maut membayang di mata mereka: Ikrimah bin Abu Jahal, Al-Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah.