Kamis 17 Jan 2019 08:18 WIB

Jejak Sastra dalam Peradaban Islam

Pada masa pra-Islam, penyair sering berfungsi sebagai orang bijak dalam suatu suku.

Sastra, ilustrasi
Foto: ist
Sastra, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Jauh sebelum Islam diturunkan di Jazirah Arab, sastra telah berkem- bang pesat di kalangan masyarakat Arab jahiliah. Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford, sastra jahiliah merupakan bagian dari budaya masyarakat Badui dan didominasi oleh syair.

"Pada masa pra-Islam, penyair sering berfungsi sebagai orang bijak dalam suatu suku. Bentuk seni utamanya adalah kasidah dan ode, ujar Esposito.

Menurut dia, para penyair di era jahiliah biasanya memperoleh ilham untuk menyusun ode setelah melihat jejak-jejak binatang yang mengisyaratkan adanya perkemahan yang telah ditinggalkan.

Sebelum agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah berkembang di dunia Arab, masyarakat setempat telah lama memiliki tradisi sastra yang kuat, ungkap Prof Taufiq Ahmad Dardiri, guru besar Fakultas Adab Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ketika itu, banyak penyair dan seniman berkiprah, terutama mereka menggeluti genre puisi. Sehingga, bisa dikatakan bahwa puisi merupakan salah satu karya sastra yang paling tua, juga paling diakrabi oleh masyarakat Arab.

Dalam bahasa Arab, sastra dikenal dengan istilah al-adab. Pada masa jahiliah, kata al-adab tak sama artinya dengan sastra. Menurut Ensiklopedi Islam, pada zaman pra-Islam itu, kata al- adabbermakna situasi, tindakan yang baik, latihan jiwa, dan akhlak yang baik.

Ketika ajaran Islam berkembang, sastra Arab mendapat pengaruh yang begitu mendalam. Ibnu Manzur, seorang ahli bahasa dari abad ke-13 M, mendefinisikan kata al-adab sebagaiseruan ter- hadap orang lain untuk melakukan hal-hal yang baik dan melarang untuk hal-hal yang buruk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement