Senin 05 Nov 2018 20:33 WIB

Pemeliharaan Ka'bah dan Keutamaan Memuliakan Tamu

Ada banyak hadis sahih yang mengajarkan keutamaan memuliakan tamu.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Ka'bah
Foto: Musiron/Republika
Ka'bah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sejak abad kelima, Qushay menguasai Makkah sehingga berhak menangani segala urusan Ka'bah. Pascameninggalnya leluhur kaum Quraisy itu, wewenang tersebut diwariskan kepada putra sulungnya, Abdud Dar, kakak Abdul Manaf.

Setelah Abdul Manaf wafat, mulai terjadi pertentangan di antara para elite Quraisy. Untuk menghindari konflik, disepakatilah pembagian tugas. Keturunan Abdul Manaf menangani penyambutan jamaah haji, sedangkan keturunan Abdud Dar memegang panji politik.

Hasyim bin Abdul Manaf ditetapkan sebagai penanggung jawab logistik bagi para peziarah Ka'bah. Setelah Hasyim wafat, kedudukan itu diteruskan oleh saudaranya, Abdul Muthalib bin Hasyim--kakek Nabi Muhammad SAW.

Baca: Peradaban Islam Rintis Sistem Perhotelan

Pada masa permulaan dakwah Islam, tugas mulia itu dilakukan putra-putra Abdul Muthalib, termasuk Abbas, paman Nabi SAW. Sesudah pembebasan Makkah (Fathu Makkah), semua keputusan tentang pemeliharaan Ka'bah ada di tangan Rasulullah SAW.

Sejak saat itu, tidak ada perubahan yang signifikan dalam tata cara menyambut para jamaah, kecuali bahwa semua berhala di sekitar Ka'bah dan pelbagai ritual syirik yang sebelumnya mewarnai ibadah haji dimusnahkan sama sekali.

Tentu saja, melayani para tamu Masjid al-Haram tidak hanya meningkatkan prestise, tetapi juga faktor materi. Setiap bulan Dzulhijah, pendapatan warga Makkah otomatis naik lantaran tingginya permintaan (demand) barang-barang kebutuhan.

Berbeda umpamanya dengan Madinah yang bertanah subur, Makkah sangat mengandalkan sektor perdagangan untuk menggerakkan ekonomi. Oleh karena itu, penduduk setempat mementingkan sikap terbuka dan ramah terhadap kafilah-kafilah dari luar, termasuk para jamaah haji.

Baca: Alquran Inspirasi dari Lahirnya Sistem Perhotelan

Ada banyak hadis sahih yang mengajarkan keutamaan memuliakan tamu, tanpa memandang kaya atau miskin. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Abu Syaikh meriwayatkan, beliau SAW telah memperingatkan kaum Muslimin, "Tamu datang dengan membawa rezekinya dan pergi dengan menghapus dosa-dosa kalian. Dan, Allah menghapus dari dosanya dan dosa-dosa kalian."

Menurut riwayat Ibnu Abbas, Nabi SAW menjelaskan, Allah SWT memberikan pahala setara haji dan umrah kepada seorang mukmin yang menjamu tamunya setiap kali suap makanan yang diterima tamu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement