Rabu 17 Oct 2018 19:33 WIB

Di Era Peradaban Kuno, Gempa Dahsyat Tewaskan Ribuan Jiwa

Gempa masif pertama terjadi era Yunani kuno pada 464 sebelum Masehi.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Kondisi pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah
Foto: Republika TV/Fakhtar Khairon Lubis
Kondisi pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, Gempa terjadi ketika tanah berguncang akibat pergeseran yang tiba-tiba dari lapisan di bawah permukaan bumi.Sains sampai saat ini tidak mampu memprediksi secara tepat kapan dan di mana lokasi gempa bumi, kecuali sesudah bencana itu terjadi. Masyarakat pada umumnya hanya bisa mengantisipasi langkah-langkah preventif yang mesti diambil ketika dan setelah musibah tersebut berlangsung.

Gempa masif pertama yang tercatat dalam sejarah, seperti dirangkum Encyclopedia of Earthquakes and Volcanoes (2007), mengguncang wilayah Sparta di Yunani Kuno pada 464 sebelum Masehi (SM). Intensitasnya diperkirakan mencapai 7,2 skala Richter (SR). Jumlah korban tewas diprediksi sebanyak 20 ribu jiwa. 

Musibah ini ikut mengubah jalannya sejarah Yunani Kuno yang diwarnai rivalitas antara dua negara-kota, Sparta dan Athena. Sendi-sendi kehidupan masyarakat militeristik Sparta runtuh seketika.

Oleh karena itu, Athena dapat dengan leluasa mendudukinya. Bahkan, bangsa Helot yang sebelumnya menjadi budak Sparta memberontak terhadap tuannya. Sparta dan sekutu-sekutunya baru bisa bangkit sesudah Perang Peloponnesos pada 431–404 SM.

Dua gempa besar lainnya diketahui secara historis sebelum abad pertama. Pada 373 SM, musibah tersebut mengguncang Kota Helike, sekitar Teluk Corinth, Yunani. Intensitasnya diprediksi 6,8 SR.

Kerusakan yang ditimbulkannya amat besar. Belum lagi gelombang tsunami yang datang sesudahnya, sehingga menenggelamkan seluruh kota tersebut. Peristiwa kedua terdapat di Afrika Utara pada 217 SM.

Lebih dari 100 kota yang berdiri di wilayah tersebut hancur seketika akibat disapu gempa bumi. Tak kurang dari 50 ribu orang menjadi korban tewas.

Dalam periode 1000 tahun Masehi, daerah seputar Laut Tengah, Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia Barat, dibayang-bayangi ancaman gempa masif. Sebagai contoh, pada tahun 19 M, daerah pesisir timur Laut Tengah, utamanya Suriah, diguncang gempa yang menewaskan sekitar 100 ribu orang. 

Kemudian, pada 21 Juli 365 M musibah serupa terjadi di Mesir dan meluluhlantakkan Iskandariyah. Di antara bangunan yang rusak berat adalah salah satu keajaiban dunia kuno, Mercusuar Pharos Alexandria. Di kota budaya Hellenistik itu, kira-kira 50 ribu orang menjadi korban tewas. 

Pada 26 Mei 526, penduduk Antiokhia (Turki Selatan) dikejutkan gempa. Sebanyak 250 ribu orang di sana menemui ajalnya seketika. Dalam kurun waktu 162 tahun kemudian, kota kuno Smyrna (Turki Barat) dilibas gempa besar yang memusnahkan 20 ribu jiwa.

Bencana serupa kembali muncul pada Desember 856 di Teluk Corinth, Yunani. Kekuatannya menyapu bersih sebanyak 45 ribu penduduk setempat. 

Menjelang tutup abad pertama Masehi, tiga gempa dahsyat menggegerkan Persia (Iran) dan Pakistan. Pada 22 Desember 856, sebanyak 200 ribu warga Damghan di Iran Utara tewas akibat tertimbun reruntuhan.

Pada 893, gempa menggoyang Ardabil dan membunuh sekira 180 ribu orang. Guncangan yang sama bahkan merembet hingga ke Debal, Pakistan, sehingga menewaskan 150 ribu penduduk setempat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement