Selasa 16 Oct 2018 06:00 WIB

Kepahlawanan Ja'far dan Terharunya Raja Najasyi

Totalitas Ja'far menjadi inspirasi bagi generasi Muslim kemudian sampai saat ini.

Hijrah, ilustrasi

Di hari berikutnya, Amr bin Ash tidak juga menyerah. Dia lantas menuduh Islam sebagai ajaran yang merendahkan Nabi Isa AS dan Maryam. Karena itu, Raja Najasyi lantas memanggil kembali Ja'far bin Abu Thalib. Bagaimana pendapat kalian tentang Isa bin Maryam? tanya sang raja.

"Kami memercayainya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi SAW kepada kami. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya, ruh-Nya, dan firman-Nya yang ditujukan kepada Maryam yang senantiasa perawan suci,' jawab Ja'far dengan tenang.

Demi mendengar jawaban itu, Raja Najasyi berkata, Demi Allah, tidak ada perbedaan barang sehelai rambut pun antara ajaran Isa bin Maryam dan Nabi kalian.

Kemudian, Sang Raja meminta Amr bin Ash dan kawan-kawan agar berhenti menggangu kaum Muslim. Utusan kaum musyrik itu pun diperintahkan segera keluar dari negeri Habasyah. Pergilan kalian semua! Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan orang-orang (Muslim) ini kepada kalian!

Sepuluh tahun lamanya kelompok Muslim yang dipimpin Ja'far bin Abu Thalib hidup damai di Habasyah. Sementara itu, di Makkah Rasulullah  menghadapi masa-masa penuh kesedihan. Istrinya, Khadijah, telah wafat. Demikian pula dengan paman Nabi SAW tercinta, Abu Thalib.

Karena tekanan dari kaum musyrik Quraisy semakin berat, Rasulullah  atas izin Allah mengimbau kaum Muslim agar berhijrah ke Yastrib (Madinah). Adapun Ja'far bin Abu Thalib dan istrinya baru bisa menyusul ke Madinah tujuh tahun setelahnya.

Ketika berjumpa di Madinah, Rasulullah saat itu baru saja kembali dari Perang Khaibar. Betapa gembira hati Ja'far bin Abu Thalib berjumpa dengan beliau. Demikian pula dengan Nabi Muhammad.

"Aku tidak tahu, mana yang menyebabkan aku gembira, apakah kemenangan di Khaibar atau kedatangan Ja'far, begitu kata Rasulullah, menandakan rasa sayangnya terhadap sang keponakan itu.

Selama di Madinah, Ja'far bin Abu Thalib tidak pernah putus mendampingi Rasulullah dalam setiap jihad dan dakwah. Selain itu, ia dikenal sebagai sosok yang dermawan, berbuat baik kepada para tetangganya, dan juru damai kaum Muslim.

Terkait itu, Abu Hurairah menceritakan, Orang yang paling baik terhadap kami, orang-orang miskin, adalah Ja'far bin Abu Thalib. Dia sering mengajak kami makan di rumahnya. Demikian seperti disebutkan dalam buku 101 Sahabat Nabi karya H Andi Bustoni.ed: nashih nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement