Jumat 22 Jun 2018 21:25 WIB

Ad-Dahna Saksi Kekuasaan Sang Khalik

Ad-Dahna pernah menjadi tempat bersejarah bagi umat Islam.

Gurun pasir.
Foto: Wordpress.com
Gurun pasir.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Suatu hari Al-Harits bin Yazid al- Bakri pergi menemui Rasulullah SAW untuk mengadukan Al-Ala' bin al-Hadrami. Saat melewati Rabadzah, ia melihat seorang wanita tua seorang diri. Wanita tua itu berasal dari Bani Tamim.

"Wahai hamba Allah, aku mempunyai hajat kepada Rasulullah, apakah kamu bersedia memberiku tumpangan kepadanya?ujar wanita tua itu.

Al-Harits lalu memberikannya tumpangan dan membawa wanita tua itu menuju ke Madinah. Sesampainya di ibu kota Islam itu, orang-orang sedang berkumpul di masjid. Panji-panji berwarna hitam berkibar. Bilal, seorang sahabat, tampak bersiap-siap dengan pedangnya di depan Rasulullah SAW.

"Ada apa? tanya Al-Harits.

"Rasulullah hendak mengutus Amru bin Ash ke suatu daerah," ujar orang-orang Madinah.

Al-Harits kemudian duduk dan Rasullah SAW masuk ke dalam rumah. Ia lalu meminta izin untuk bertemu dengan Nabi SAW. Ia masuk sambil memberi salam.

"Apakah di antara kalian dan Tamim terjadi sesuatu? tanya Rasulullah.

"Ya, dan kami mengungguli mereka. Aku melewati seorang wanita tua dari Tamim dalam keadaan sendiri, dia memintaku membawanya kepadamu. Dia berada di pintu, tutur Al-Harits.

Rasulullah mengizinkan dan wanita itu masuk. "Ya Rasulullah, jika engkau berkenan menjadikan pembatas antara kami dan Bani Tamim maka jadikanlah Ad-Dahna sebagai pembatas," ungkap Al-Harits.

Mendengar ucapan itu, wanita tua itu marah. Ya Rasulullah, lalu ke mana engkau memaksa Mudhormu?

"Aku ini seperti yang dikatakan oleh sebuah peribahasa, `seekor domba membawa kematiannya'. Aku telah membawa wanita ini, aku tidak tahu ternyata dia adalah seteruku. Aku berlindung kepada Allah dan Rasul-Nya agar aku tidak menjadi seperti utusan Ad,"ungkap Al-Harits.

Nabi SAW lalu bertanya, Katakan siapa itu utusan Ad? Padahal, Nabi lebih tahu ceritanya daripada dia, akan tetapi beliau ingin menenangkannya.

Dalam kisah yang dicuplik dari hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam al- Musnad dan Imam at-Tirmidzi itu tercantum kata Ad Dahna. Nama Ad Dhana juga disebut dalam hadis riwayat Abu Dawud nomor 2668. Kisahnya masih sama tentang wanita tua dari Bani Tamim.

Namun, dalam hadis itu disebutkan, Ad- Dahna adalah tempat mengikat unta serta tempat menggembala kambing, sementara para wanita Bani Tamim dan anak-anak mereka di belakang perjanjian tersebut.

Rasulullah SAW pun menolak permintaan Al-Harits dan mengabulkan permohonan wanita tua dari Bani Tamim itu.

Rasulullah SAW bersabda, Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, mereka berdua boleh mengambil air dan pohon, serta mereka berdua tolong-menolong melawan pembawa fitnah. ( HR Abu Daud).

Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Al-Nabawi, mengungkapkan, Ad- Dahna adalah tempat untuk membedakan keanekaragaman tumbuhan dan bunga di daerah tersebut. Tempat itu merupakan perkampungan Bani Tamim, ungkap Syauqi.

Jika Ad-Dahna subur, kata dia, seluruh bangsa Arab merasa senang. Zaman dulu, Ad-Dahna dikenal karena kenyamanan dan pepohonannya yang rindang. Sehingga, ada ungkapan di kalangan bangsa Arab, Carilah kekayaan di Ad-Dahna.

Dulu, Ad-Dahna terletak di jalan Yamamah hingga Makkah al-Mukaramah. Sekarang, papar Syauqi, Ad-Dahna terletak di timur laut Kerajaan Arab Saudi, yakni Gurun an-Nufud ash-Shughra dan Gurun al- Ansha.

Sejak zaman dulu, Arab dikenal sebagai wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat daya Asia. Itulah padang pasir terluas dan tegersang di dunia. Lebih dari sepertiga wilayah Arab berupa padang pasir. Wilayah padang pasir yang terbesar adalah Ad-Dahna, yang terletak di pertengahan wilayah utara. Sedangkan, wilayah selatan Arab merupakan wilayah subur dan berpenduduk padat.

Menurut Encyclopaedia Britannica, Ad- Dahna berasal dari bahasa Arab, yang artinya padang pasir. Ia adalah busur besar dari padang pasir kemerahan, terletak di pusat Arab Saudi. Panjangnya mencapai 1.300 kilometer yang terbentang dari Padang Pasir An-Nafud di timur laut hingga Al-Khali di barat laut.

Ad-Dahna menghubungkan gurun besar di Arab Saudi. Ad-Dahna terdiri atas tujuh pegunungan pasir utama, yang satu sama lain dipisahkan oleh dataran. Pada musim semi dan dingin di Ad-Dahna muncul padang rumput. Ad-Dahna dilintasi jalan yang menghubungkan Kuwait dengan az-Zilfi dan Riyadh, serta Riyadh dengan Hasa.

Ad-Dahna pernah menjadi tempat bersejarah bagi umat Islam dalam peperangan melawan kaum murtad. Alkisah, setelah Rasulullah SAW wafat, sejumlah kabilah menyatakan murtad dari Islam.

Saat itu, dunia Islam dipimpin oleh Abu Bakar ra. Khalifah lalu mengutus Al-Ala' bin al-Hadhrami untuk memimpin pasukan guna mengingatkan kekeliruan kabilah- kabilah yang murtad di wilayah Bahrain.

Al-Ala' memimpin pasukan Muslimin menuju ke wilayah tersebut. Dalam perjalanan, mereka kemudian berhenti di Ad- Dahna, sebuah padang pasir antara Najed dan Al-Ahsa. Ketika berhenti di Ad-Dahna, tiba-tiba unta yang ditumpangi pasukan tentara Islam berubah menjadi beringas dan lari membawa seluruh perbekalan, baik berupa kemah maupun makanan dan minuman. Pasukan tentara Islam itu hanya tinggal membawa pakaian yang melekat di badan.

Peristiwa itu terjadi pada malam hari. Tak ada seekor unta pun yang dapat mereka kejar. Akhirnya, ketika itu mereka ditimpa perasaan gelisah dan sedih yang tidak terperikan.

Para sahabat nyaris putus asa. Bahkan, ada sebagian dari mereka yang berwasiat kepada yang lainnya, menunggu ajal tiba menjemput. Dalam kondisi itu, Al-Ala'
kemudian tampil menenangkan situasi.

Wahai hadirin sekalian, bukankah kalian orang Islam? Bukankah kalian sedang berperang di jalan Allah? Bukankah kalian penolong agama Allah?

Ya, benar! jawab pasukannya. Demi Allah, bergembiralah. Dia tidak akan menghinakan kalian dalam keadaan seperti ini. Tak lama kemudian, azan Subuh dikumandangkan ketika terbit fajar. Al-Ala' bersama pasukannya menunaikan shalat berjamaah. Seusai shalat, ia duduk bersimpuh dengan kedua lututnya, dan orang-orang pun duduk pula mengikutinya.

Ia berdoa sambil mengangkat tangannya dan orang-orang pun berbuat hal yang sama. Hingga matahari terbit, ketika cahaya matahari semakin terang sedikit demi sedikit, tiba-tiba Allah ciptakan untuk mereka tepat disamping mereka kolam besar penuh dengan air.

Al-Ala' dan pasukannya segera mendatangi tempat itu. Mereka mandi dan minum sepuasnya. Dan, ketika siang mulai meninggi, tiba-tiba seluruh unta mereka kembali berdatangan dari segala penjuru, lengkap dengan perbekalan yang ada di atas punggungnya. Tak seorang pun yang merasa kehilangan walaupun hanya seutas tali.

Mereka segera memberi minum unta-unta mereka sepuas-puasnya. Inilah tanda kebesaran Allah bagi pasukan yang membela agama-Nya.

Pasukan yang dipimpin Al-Ala' pun bertempur melawan kabilah-kabilah yang murtad. Dengan pertolongan Allah pula, mereka meraih kemenangan. Pasukan Islam berhasil menguasai seluruh harta musuh, hasil bumi, dan perhiasan mereka.Mereka benar-benar membawa harta rampasan perang yang banyak.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement