Rabu 16 May 2018 14:56 WIB

Bangkitnya Syiar Islam di Masjid Raya Minsk

Di masa Soviet, masjid ini pernah dihancurkan.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Masjid Raya Minsk
Foto: Belsat.eu
Masjid Raya Minsk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam di Eropa Timur terus berkembang di tengah pelbagai tantangan zaman. Belarusia me rupa kan satu negara di kawasan itu dengan populasi Muslim yang cukup signifikan. Di negeri bekas pecahan Uni Soviet itu, kaum Mus lim hidup berdampingan dengan komunitas agama-agama lain serta orang-orang ateis.

Seperti halnya umat agama-agama lain di Eropa Timur, kaum Muslim mengalami sejarah yang cukup pahit kala rezim komunis berkuasa. Banyak rumah ibadah yang dihancurkan.

Akibatnya, kehidupan religius di ranah publik tidak terbina dengan baik. Sampai 2015, menurut data dari Belarus Digest, hanya ada sekitar 10 masjid di Belarusia. Salah satu yang paling besar adalah Masjid Raya Minsk yang berlokasi di ibu kota Belarusia.

photo
Muslimah Belarusia ketika melewati Masjid Raya Minsk, Minks, Belarusia. //Belarusfeed.com

 

Dilansir dari Belarus Feed beberapa waktu lalu, Masjid Raya Minsk sesungguhnya telah berdiri sejak akhir abad ke- 19. Pada 1890, komunitas Muslim di Minsk memiliki rumah ibadah yang, meskipun cukup sederhana, berkapasitas mumpuni untuk memfasilitasi aktivitas ibadah dan sosial mereka. Sejarawan lokal menyebut, pembangunan Masjid Raya Minsk kala itu berlangsung sejak tahun 1900 sampai 1902.

Pada masa itu, Kekaisaran Rusia dengan agama resminya, Kristen Ortodoks, menguasai Belarusia. Sebelumnya, negeri ini berafiliasi dengan Polandia yang memeluk Katolik. Dasawarsa awal abad ke-19 menyaksikan gonjang-ganjing kekuasaan atas Belarusia. Bagaimanapun, kehidupan komunitas Muslim setempat cenderung tak terganggu lantaran konflik-konflik yang terjadi lebih seputar sentimen Ortodoks- Katolik atau politik elite.

Situasi berubah drastis begitu Rusia jatuh ke tangan komunis pada 1917. Lima tahun kemudian, Belarusia menjadi bagian resmi dari Uni Soviet. Sejak saat itu, kebijakan Moskow yang merepresi agama-agama ikut dialami umat Islam Belarusia. Banyak rumah ibadah, baik itu milik Muslim maupun Kristiani, yang diabaikan. Bahkan, tidak sedikit yang diambil alih Uni Soviet untuk kemudian diubah menjadi, umpamanya, kolam renang atau kandang ternak. Sekitar tahun 1960-an, penguasa Komunis menghancurkan Masjid Raya Minsk untuk mendirikan sebuah hotel.

photo
Masjid Raya Minsk sebelum dihancurkan Soviet/Belarus Feed

Untungnya, dokumentasi sejarah Belarusia terpelihara cukup baik sehingga keberadaan masjid bersejarah itu tidak terlupakan. Dari gambar-gambar yang kini tersimpan di museum nasional Belarusia, tampak bangunan Masjid Raya Minsk versi lama. Beberapa foto hitam-putih menunjukkan, bangunan rumah ibadah tersebut berdiri di atas lahan yang cukup lapang. Terdapat pagar dari bahan kayu yang mengelilinginya.

Masjid itu memiliki menara setinggi kira-kira 10 meter. Kubahnya berbentuk kuncup dengan simbol bulan sabit pada pucuknya. Kini, situasinya lebih baik. Memasuki abad ke-21, komunitas Muslim Belarusia yang berjumlah hampir 100 ribu jiwa boleh berbesar hati. Sebab, Masjid Raya Minsk kembali dibangun serta mengalami restorasi pada 2014.

Ini merupakan wujud kerja sama Pemerintah Belarusia dengan Pemerintah Turki melalui Yayasan Dinayet. Masjid Raya Minsk yang baru berdiri terletak di dekat persimpangan antara jalan raya Ignatenko dan Griboyedov. Lahan tersebut merupakan bekas kawasan permakaman Muslim Tatar. Sebagai informasi, Tatar memiliki populasi terbesar dari 32 suku bangsa Muslim yang mendiami Belarusia. Suku Tatar pula yang pertama kali membawa Islam ke Belarusia pada abad ke-14.

photo
Masjid Raya Minsk/Belarus Feed

Hasil restorasi

Bentuk Masjid Raya Minsk hasil resto rasi rupanya persis sama dengan masjid yang sama tempo abad ke-19 lalu. Namun, ten tu saja dengan kapasitas yang lebih besar. Masjid ini mampu menampung hingga 2.500 orang jamaah. Ada pula pelbagai fasilitas penunjang, semisal madrasah untuk anak-anak dan remaja di lantai dasar masjid ini. Kemudian, perpustakaan dengan koleksi yang cukup baik serta sebuah ruangan khu sus untuk para mufti. Bahkan, ada pula mu seum se jarah Islam di kompleks masjid ini.

Pada November 2016, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan masjid ini. Masjid Raya Minsk merupakan cerminan ke indahan gaya arsitektur Tatar tradisional. Ciri itu terutama tampak pada bentuk atap, kubah, birai jendela, dan mihrab. Warna merah bata mendominasi keseluruhan bangunan masjid yang terdiri atas dua lantai ini.

photo
Bagian dalam Masjid Raya Minsk/Belarus Feed

Pengunjung dapat menapaki anak tang ga untuk masuk melalui pintu utama yang ber dekatan dengan mihrab. Terdapat pagar ber warna putih yang berhiaskan ornamen geometris mengelilingi bangunan utama tempat shalat. Menara Masjid Raya Minsk cenderung merupakan perpaduan gaya Turki Ottoman dengan Tatar. Melihat desain masjid tersebut dari abad ke-19, menaranya memiliki empat sisi dan terdiri atas dua bagian sehingga tidak terlalu tinggi.

Kini, menara Masjid Raya Minsk mempunyai enam sisi (heksagonal) dan menjulang tinggi; semakin ke atas, semakin mengecil bentuknya. Adapun kubah masjid ini dilapisi juga berwarna merah bata tetapi berbahan dasar alumunium. Karena itu, kubah tersebut tampak berkilauan pada siang hari cerah.

Bagian dalam masjid ini tidak kalah indah. Dindingnya merupakan marmer putih yang bermotif kotak-kotak. Di beberapa sisinya, serta yang berdekatan dengan mihrab, terdapat kaligrafi yang terukir pada permukaan kayu. Kaligrafi tersebut memuat Kalamullah dengan gaya penulisan Kufic.

photo
Bagian interior Masjid Raya Minsk/Belarus Feed

Kayu juga menjadi bahan dasar untuk bagian mimbar dan dinding mihrab masjid ini. Pada birai yang mema gari lantai dua, terdapat pagar besi dengan hiasan corak geometris, yang serupa dengan penampakan pagar luar masjid ini. Di bawah pagar lantai dua ini, ukiran khas suku Tatar tergurat dengan latar berwarna putih pualam.

Biasanya, lantai dua dipakai untuk jamaah perempuan, sedangkan jamaah laki-laki dapat shalat di lantai dasar. Sebagai sumber cahaya, tepat di tengah langit-langit masjid ini terpasang lampu gantung besar dengan bentuk dua lingkaran. Di samping itu, ada pula sejumlah lampu listrik memancarkan cahaya putih.

Yang cukup mempersona, pada permukaan langit-langit atap masjid ini terdapat kaligrafi nama-nama, yakni Nabi Muhammad SAW dan para khulafaur rasyidin serta lafazh Allah. Warna dominannya adalah putih dan tampak mengelilingi permukaan interior kubah masjid ini yang berwarna biru langit. Di tengahnya, terdapat pola-pola geometris yang menyerupai bentuk matahari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement