Sabtu 07 Apr 2018 14:05 WIB

Bulan-Bulan Suci dalam Islam

Dalam hadis disebutkan empat bulan yang disucikan dalam Islam.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Pawai Obor. Anak-anak mengikuti pawai obor dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/09). Tanggal 21 September menjadi awal tahun bagi penanggalan kalender 1439 Hijriah.
Foto: Iman Firmansyah
Pawai Obor. Anak-anak mengikuti pawai obor dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/09). Tanggal 21 September menjadi awal tahun bagi penanggalan kalender 1439 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijah, dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (Akhir) dan Sya'ban. (HR.Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).

Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa terdapat empat bulan yang disucikan dalam Islam, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab.Keempat bulan tersebut juga disebut sebagai bulan haram, yang menurut Al Qodhi Abu Ya'la mengandung dua makna.

Pertama, pada bulan tersebut, berbagai tindakan pembunuhan diharamkan dan peraturan ini telah berlaku sejak jaman Jahi liyah. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan per- buatan haram lebih ditekankan daripada bulan lainnya karena sakingmulianya bulan tersebut.

Selain itu, berdasarkan QS at-Taubah ayat 36, Zaadul Maysir menafsirkan bahwa keempat bulan haram tersebut juga menjadi tempat terbaik untuk melakukan amalan-amalan kebaikan.Oleh sebab itulah, banyak umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa sunah.

Ibnu `Abbas mengatakan, Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.(Latho-if Al Ma'arif, 207).

Terkait penobatan bulan paling baik di antara bulan-bulan terbaik, hingga saat ini masih menjadi perdebatan banyak ulama. Beberapa ulama mengatakan bahwa yang lebih utama adalah Rajab. Hal ini berdasar pada apa yang dikatakan oleh sebagian ulama Syafi'iyah.Meski begitu, salah satu ulama besar Syafi'iyah, An Nawawi, melemahkan pendapat ini.

Sedangkan, ulama lainnya men- gatakan bahwa bukan yang lebih utama adalah Muharram, sebagaimana dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri dan dikuatkan oleh pendapat An Nawawi.Dan sebagian ulama lain mengatakan, bahwa Dzulhijah adalah bulan yang balik utama dibandingkan bukan yang lain. Pendapat ini berdasar pada pendapat Sa'id bin Jubair, dan dikuatkan pula oleh Ibnu Rajab dalam Latho-if Al Ma'arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement