Jumat 31 Oct 2014 23:57 WIB

Merawat Ihsan (3-habis)

Kesadaran akan hadirnya Allah dalam setiap helaan nafasnya inilah yang menyelamatkan para hamba dari berbuat maksiat.
Foto: Brainchildmag.com/ca
Kesadaran akan hadirnya Allah dalam setiap helaan nafasnya inilah yang menyelamatkan para hamba dari berbuat maksiat.

Oleh: Hannan Putra    

Merasakan kehadiran Allah inilah yang disebut dengan ihsan.

Rasulullah SAW mendefinisikan ihsan dalam hadisnya, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya maka yakinlah Dia Maha Melihat kepadamu.” (HR Muslim).

Setiap mukmin, harus memiliki tiga unsur sebagai pembangun agama dalam dirinya. Tiga unsur itulah, iman, Islam, dan ihsan. Banyak orang yang sanggup menunaikan kelima rukun Islam, memercayai keenam rukun iman, namun tidak sanggup berihsan secara sempurna.

 

Seorang Muslim dapat menunaikan zakat dengan jumlah yang banyak, menunaikan haji ke Tanah Suci, namun masih saja melakukan apa yang dilarang Allah. Hal ini membuktikan, tingkat ihsan yang ada pada dirinya masih kurang.

Sehingga tidak ada yang bisa mencegahnya jika ia ingin bermaksiat. Ia tidak merasakan kehadiran Allah yang Maha Menyaksikan segala perbuatannya.

Dalam berihsan, Nabi Yusuf telah memperlihatkan sebuah teladan yang nyata. Pada masa pergolakan jiwa mudanya yang masih lajang dan mencari jati diri, ia sudah dihadapkan pada ujian maha berat. Tak banyak orang yang bisa selamat dari godaan maut tersebut.

Namun, ia tidak membohongi dirinya. Secara jujur ia membaca “tanda” sebagai pesan Allah bagi dirinya. Ia menghadirkan Allah sebagai Tuhan yang Maha Melihat dan Menyaksikan segala perbuatannya.

Sikap ihsan inilah yang bisa menyelamatkan manusia, sebagaimana ia telah menyelamatkan Yusuf dari godaan maha dahsyat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement