Sabtu 25 Oct 2014 13:18 WIB

Bersegera Menuju Surga Allah (1)

Seorang yang malas dengan amalan-amalan akhirat merupakan indikasi bahwa keyakinannya pada akhirat itu lemah.
Foto: Antara/Iggoy El Fitra/ca
Seorang yang malas dengan amalan-amalan akhirat merupakan indikasi bahwa keyakinannya pada akhirat itu lemah.

Oleh: Hannan Putra     

Sudah menjadi keharusan bagi Rasulullah SAW untuk berkhotbah sebelum menerjunkan tentara kaum muslimin ke medan perang.

Khotbah dari Rasulullah SAW membakar api jihad di dada setiap tentara Muslim. Motivasi Rasulullah SAW menjadikan mereka lebih cinta pada akhirat dan rindu mendapatkan syahid.

Ketika akan memasuki kancah perperangan Perang Badar, Rasulullah dalam khuotbahnya membacakan surah al-Anfal Ayat 65. “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada 20 orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan 200 orang musuh. Dan, jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.”

Ayat ini untuk memberikan motivasi bagi kaum Muslimin bahwa mereka bisa mengalahkan musuh yang jumlahnya dua kali lipat dari mereka. Ketika pasukan musyrikin sudah mendekat, Rasulullah SAW berseru, “Berdirilah kalian (untuk menyambut perang) menuju surga yang luasnya antara langit dan bumi.”

Salah seorang sahabat, Umair bin al-Hammam, pun ikut berdiri. Ia bertanya-tanya, “Benarkah luasnya surga itu antara langit dan bumi?”

Rasulullah menjawab, “Iya.”

Umair terkagum-kagum dengan ganjaran pahala yang dijanjikan. “Mudah-mudahan saya menjadi penguninya,” ujar Umair.

Rasulullah pun menjawab, “Kamu termasuk penghuninya.”

Tak terperikan lagi kegembiraan di hati Umair. Ia yang baru saja menyantap beberapa butir kurma, langsung dibuangnya. Menurutnya, terlalu lama untuk menghabiskan beberapa kurma yang masih tersisa itu.

Sejurus kemudian, ia pecahkan sarung pedangnya. Ia maju menyongsong pasukan musyrikin dengan gagah berani. Kemudian, ia pun mendapatkan syahid. Demikian, seperti dikisahkan Syekh Abdurrahman al-Mubarakfury dalam Rahiqul Makhtum (Sirah Nabawiyah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement