Jumat 17 Oct 2014 22:23 WIB

Sertakan Allah dalam Nikmat (1)

 Tidak ada satu pun kesuksesan tanpa pertolongan Allah.
Foto: Republika/Tahta Aidilla/ca
Tidak ada satu pun kesuksesan tanpa pertolongan Allah.

Oleh: Hannan Putra      

Betapa hebatnya seorang Raja Iskandar Zulkarnain yang kisahnya disebut-sebut dalam Alquran. Raja yang juga dikenal dengan sebutan Alexander The Great (Alexander yang Agung) ini kehebatannya diabadikan dalam surah al-Kahfi.

Bagaimana tidak, ia mampu membuat sebuah benteng yang tingginya mencapai dua gunung sekaligus menghubungkan keduanya (QS al- Kahfi [18]: 96).

Benteng yang sampai saat ini memenjarakan kaum perusak Ya’juj dan Ma’juj ini tak dapat ditembus dengan apa pun jua.

Raja Zulkarnain menerapkan teknologi supercanggih dari paduan besi dan tembaga dalam pembangunannya. Mega proyek Sang Raja Zulkarnain tak dapat tertandingi oleh umat manusia hingga saat ini.

Setelah megaproyek tersebut selesai, Sang Raja sama sekali tak membusungkan dada karena keberhasilannya. Dengan penuh kerendahan hati, ia nyatakan semua keberhasilannya hanya semata-mata pertolongan Allah.

Kata-katanya itulah yang diabadikan dalam Alquran, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur. Dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (QS al-Kahfi [18]: 98).

Beginilah adab seorang hamba kepada Tuhannya. Setinggi apa pun keberhasilan yang ia peroleh tak menjadikannya sombong dan berbangga diri. Ia mendahulukan Allah sebagai penolong yang mengantarkannya pada kesuksesan.

Karena sejatinya, tidak ada satu pun kesuksesan tanpa pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah. Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri,” (QS an-Nisa’[4]: 79).

Sebenarnya, apa pun yang menimpa manusia, baik maupun buruk, semuanya dari Allah. Namun, sebagai adab seorang hamba kepada Rabb-nya, hanya hal baik sajalah yang ia klaim berasal dari Allah. Sedangkan hal-hal negatif adalah akibat dari kesalahan dirinya sendiri. Beginilah seharusnya seseorang menyikapi berbagai hal dalam hidupnya.

Pada kenyataannya, sering kali manusia lupa ketika telah sampai di puncak kesuksesan mereka melupakan Tuhan. Mereka menganggap, kesuksesan yang mereka raih adalah hasil dari kerja kerasnya sendiri.

Setelah mereka terjerembab dan jatuh dalam kehidupan, mereka lantas menyalahkan Tuhan. Mereka mengeluh, mengapa harus mereka yang mendapatkan ujian itu. Mereka tuding Tuhan tidak adil atau pilih kasih. Itulah manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement