REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini banyak yang beranggapan terjadinya keretakan keluarga tak jauh dari kehadiran orang ketiga. Namun tanpa disadari, banyak keretakan keluarga berawal dari hal kecil sepeti candaan ringan.
Hal yang sering terjadi ketika suami dan istri sedang bersenda gurau dan dalam percakapannya, baik sengaja maupun tidak menyebut sifat salah satu teman mereka. Ungkapan yang awalnya hanya berupa gurauan atau hanya untuk mengetes reaksi pasangan ini, tanpa sengaja dapat menjadi alasan dibalik kata perceraian.
Rasulullah sendiri melarang hal tersebut dalam hubungan rumah tangga. Nabi bersabda, "Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lainnya, kemudian dia menyifatkan wanita tersebut kepada suaminya seakan-akan suaminya melihat kepadanya (teman istri)." (HR. Bukhari)
Larangan ini diartikan para ulama sebagai bentuk antisipasi terjadinya keretakan rumah tangga. Hal ini juga berkaca pada kasus perceraian dimana ketika resmi bercerai, sang mantan suami langsung menikahi teman sang istri atau kerabatnya, padahal sebelumnya suami tidak pernah mengenalnya, kecuali melalui istri mereka sendiri.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah menasihati seorang wanita, dan berkata, "Hati-hatilah kamu duduk bersama suamimu, lalu kamu menyifatkan kepadanya tentang bentuk anggota tubuh seorang wanita lain, atau sifat-sifat keindahan tubuhnya, lemah lembutnya, keindahannya, seakan-akan kamu telah menghadirkannya di hadapan suami dan dia melihat kepadanya."
Hal yang demikian ini kadang bisa membuat suamimu tertarik kepadanya karena setan telah menguasai hatinya. Maka, terjadilah fitnah. Jiwanya tergoda untuk menceraikannya atau jika wanita yang kamu sifatkan kepadanya (suami) tersebut telah bersuami, maka dia akan berusaha merusak hubungan perkawinan wanita itu dengan suaminya sehingga dia dapat menikahinya.