Senin 03 Jan 2011 19:05 WIB

Hikmah Pagi: Waktu, Kesempatan, dan Satu Kepastian

Ilustrasi
Foto: scrapetv.com
Ilustrasi

Oleh Didi Suardi ([email protected])***

Ada sebuah istilah yang mengatakan, "Kegagalan itu penting karena jika tidak ada kegagalan, tidak ada penghargaan untuk keberhasilan."

Setiap manusia pasti pernah merasakan kegagalan, tapi bukan berati kegagalan menjadi sebuah nilai yang tak berarti bagi sebuah kesuksesan. Untuk merubah sebuah kegagalan mejadi sebuah keberhasilan, maka dibutuhkan proses, waktu, usaha dan kesungguhan. Seperti yang kita ketahui bahwa waktu memiliki tiga bagian: Masa lulu, Masa sekarang dan Masa yang akan datang.

Pertama: masa lalu. Dari masa lalu ini lah kita bisa mengambil hikmahnya dan menjadikan sebuah pelajaran agar nantinya tidak jatuh kembali ke lubang yang sama.

Kedua, masa sekarang. Masa sekarang adalah hal yang paling penting dan merupakan sebuah proses dan proses ini pula yang akan menentukan sukses dan gagalnya seseorang dimasa yang akan datang, karena masa depan dimulai dari sekaarang.

Ketiga, masa yang akan datang, masa yang dinanti-nanti oleh setiap manusia, masa ini yang akan menetukan, siapa yang akan menjadi juara, serta mampu meraih mimpi dan cita-cita.

Maka ada sebuah pepatah mengatakan, "Kita hanya memiliki dua pilihan, kita yang akan melewati waktu ataukah waktu yang akan melewati kita?" Jika waktu dilihat dari segi grametikal kebahasaan, waktu memiliki beberapa istilah tersendiri.  

Dari sekian banyaknya bahasa yang di gunakan di setiap negara, pada sejatinya waktu hanyalah satu. Begitupun dengan jumlah bilangannya. Waktu sehari semalam di Indonesia adalah 24 jam, demikin pula di inggris, Australia, eropa dan di nagara-negar lalainya. Semuanya mendapatkan porsi yang sama yaitu 24 jam.

 

Waktu yang begitu berharganya, sampai setiap orang memiliki persepsi masing-masing terhadap waktu:

    * Bagi orang barat waktu adalah uang.

    * Bagi seorang pelukis waktu adalah karya.

    * Bagi seorang pelajar waktu adalah ilmu

    * Bagi seorang pekerja kuli bangunan waktu adalah upah dan

    * Bagi seorang pejabat nakal waktu adalah kesempatan.

Waktu pula bagaikan sebuah pedang, jika kita tidak bisa mengunakanya, maka ia akan menebas leher kita. Waktu pun bagaikan sebuah kendaraan, jika kita tidak bisa mengunakanya, maka kita akan terlindas olehnya.

Dari semua istilah dan persepsi yang digunakan, pada hakekatnya waktu akan kembali pada satu kepastian dan satu kenyataan. Atau mungkin waktu hanya sebuah angin lalu yang memindahkan seseorang dari masa lalu ke masa yang akan datang, tidak ada hasil, tidak ada karya, waktu tercecer begitu saja di berbagai tempat, di warung, di terminal, di jalan ataupun di tempat-tempat lainnya.  

Dalam waktu tertentu ada orang yang mampu memebuat jembatan layang, pesawat terbang, bangunan megah, segudang karya keilmuan, dan sebagainya. Dan ada pula yang sama sekali yang tidak menghasilkan apa-apa. Ia hanya terdiam bermalas-malasan tanpa ada usaha, tapi ketika kenyataan itu datang, ia selalu menyalahkan kaadaan. Oleh sebab itu allah SWT berfirman dalam sutat Al-'Ashr, yang artinya, "Demi waktu, sesungguhnya mausia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjalan amal sholeh…"

Jika orang-orang non Muslim bekerja di dunia hanya untuk mengejar kesenangan dan keduniaan, yang mana sifanya hanya sementara, maka bagi orang islam bukan hanya dunia yang dicari, tapi juga akhirat yang menjadi tujaun. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi seperti yang telah Allah SWT firmankan. Mari kita gunakan waktu dengan sebaik mungkin, besusaha dengan sungsuh-sunguh dan tidak pula meningalkan sebuah kewajiban.

 

Anda ingin bersedekah pengetahuan dan kebaikan? Silakan berbagi hikmah dengan pembaca Republika Online yang lain. Kirim naskah Anda melalui [email protected]. Rubrik ini adalah dari dan untuk sidang pembaca sekalian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement