Selasa 19 Mar 2019 13:21 WIB

Buntut Teror Selandia Baru, Muslim Jerman Waswas Diserang

Sebanyak 578 kekerasan menyasar Muslim Jerman Januari-September 2018.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Simbol Islam di Jerman
Foto: dw-world
Simbol Islam di Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Komunitas Muslim Jerman mengkhawatirkan keselamatan pasca-peristiwa penembakan di dua masjid di Selandia Baru. Mereka cemas peristiwa serupa terjadi di Jerman karena kekerasan anti-Muslim ini bisa membuat Islamofobia meningkat.   

"Banyak Muslim khawatir atas kondisi ini, dan mereka takut sesuatu yang mirip dengan serangan di Selandia Baru itu juga terjadi di sini," kata Ketua Dewan Islam untuk Republik Federal Jerman, Burhan Kesici, dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (19/3). 

Baca Juga

Kesici mengatakan, sejak serangan penemabakan di dua masjid di Selandia Baru itu, anggota masyarakat Muslim di Jerman banyak yang mencari tahu soal situasi keamanan di Jerman. 

Dia mengakui, dalam beberapa tahun terakhir ini, insiden serangan verbal dan fisik dengan target Muslim memang bertambah  

"Meningkat signifikan di Jerman. Dan pembantaian yang mengejutkan di Christchurch telah menyebabkan naiknya rasa takut dan cemas di kalangan komunitas mereka," ungkap dia. 

Dalam kesempatan itu, Kesici meminta para politisi segera mengambil sikap yang jelas terhadap rasisme dan Islamofobia yang tumbuh di masyarakat. Para politisi Jerman, lanjut dia, harus juga segera mengambil semua tindakan yang diperlukan.  

Untuk diketahui, Polisi Jerman mencatat 578 kejahatan rasial terhadap Muslim terjadi antara Januari dan September 2018 lalu. 

Jerman, negara berpenduduk lebih dari 81 juta orang, memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Di antara hampir 4,7 juta Muslim di Jerman, 3 jutanya berasal dari Turki.

Hampir 50 orang tewas di Selandia Baru pekan lalu ketika seorang ekstremis anti-Muslim menembaki para jamaah selama shalat Jumat di masjid Al Noor dan Linwood di selatan kota Christchurch.

Setidaknya 40 Muslim terluka dalam serangan itu, yang sebagian besar dilakukan ekstremis sayap kanan.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement