Rabu 13 Mar 2019 15:22 WIB

Kiprah Dua Muslim Tunanetra AS Cetuskan Alquran Braille

Alquran braille bahasa Inggris ini dibuat selama delapan bulan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran braille dalam acara lomba baca Alquran (ilustrasi).
Foto: Republika/Maspril Aries
Alquran braille dalam acara lomba baca Alquran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS – Ketika Yadira Thabatah (34 tahun) memutuskan memeluk Islam tiga belas tahun lalu, dia ingin sekali mempelajari berbagai hal tentang Islam.

Namun, ada hal yang membuatnya terkendala untuk mempelajari Islam. Ibu dengan empat anak itu mengalami kebutaan sejak lahir.  

Baca Juga

Saat Thabatah dan suaminya, Nadir Thabatah (33 tahun) yang juga mengalami kebutaan pada sebagian penglihatannya, mencoba mencari sumber kitab suci yang bisa dibaca dalam bahasa Inggris, mereka pun tak bisa mendapatkannya.  

Alhasil pada 2017, pasangan suami istri yang tinggal di Fort Worth, Texas itu mencoba mencari solusi. 

Keduanya mengabiskan delapan bulan untuk menerjemahkan Alquran dalam karakter huruf braille. Keduanya menggunakan situs penggalangan dana donasi untuk membuat Alquran braille. 

Mereka mulai memproduksi Alquran terjemahan braille itu secara langsung di rumah.  

Dalam tiga tahun terakhir, melalui nirlaba Islam Dengan Sentuhan yang dibuat keduanya, pasangan suami istri itu berhasil mendonasikan lebih dari 150 Alquran braille ke masjid-masjid yang ada di Amerika Serikat.

Langkah ini agar bisa Alquran tersebut dibagikan untuk Muslim yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan, selain itu mereka juga membagikan secara langsung kepada individu yang mengalami keterbatasan penglihatan. 

Tak hanya itu, keduanya juga meluncurkan aplikasi untuk membantu Muslim tunanetra belajar tentang agama.   

Yadira Thabatah sendiri pertama kali bisa membaca Alquran saat mengoreksi Alquran braille untuk terjemahan bahasa Inggris.  

“Saya benar-benar terharu, pada dasarnya saya adalah seorang pembaca. Saya beralih antara menjadi Muslim sekitar satu dekade lalu dan tak pernah membaca Alquran. Ini benar-benar memberikan kesempatan luas biasa kepada orang tunanetra lainnya, saya tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata,” kata Yadira Thabatah seperti dilansir Iqna pada Rabu (13/3).  

Selama bertahun-tahun, umat Muslim lainnya  merekomendasikan kaset audio tentang literatur Islam. Yadira Thabatah mendengarkan banyak kaset-kaset itu termasuk CD dengan terjemahan Alquran. 

“Bagaimana Anda mengharapkan seorang Muslim yang tunanetra memiliki tingkat keimanan tertentu jika mereka bahkan tak bisa membaca kitabnya sendiri,” katanya.   

Sementara itu seorang advokat hak-hak penyandang cacat yang juga Direktur Eksekutif  Masjid Al Rabia, Chicago, Mahdia Lynn, mengatakan banyak organisasi keagamaan yang memandang aksesibilitas untuk kitab suci sebagai sebuah renungan.  

“Kita berbicara tentang jalan masuk ke akhirat, dan tentang memiliki kehidupan yang lebih memuaskan di bumi ini. Jadi jika sebagai pemimpin komunitas gagal membuat ruang Anda dapat diakses oleh siapa pun yang ingin masuk, itu adalah moral dan etika yang gagal,” katanya.

Braille adalah sistem penulisan yang memungkinkan orang tunanetra dapat membaca dan menulis. Braille dibuat di Prancis hampir 200 tahun lalu.

Alquran telah tersedia dalam huruf braille dalam bahasa Arab sejak 1980-an, ketika sebuah huruf braille pertama kali diterbitkan di Turki.  

Alquran Braille sekarang banyak tersedia untuk Muslim di seluruh dunia, sebagian karena upaya seorang pria Turki tunanetra bernama Selahattin Aydin yang mendirikan Uni Internasional Layanan Braille Quran di Istanbul pada 2013.

Kelompok Aydin sejak itu membantu meningkatkan akses ke braille Alquran di seluruh dunia. Meski demikian versi braille dalam bahasa lain masih sulit didapat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement