Ahad 03 Nov 2019 20:08 WIB

Muslim Selandia Baru Bangkit dari Teror dengan Seni Rupa

Seni rupa itu berupa mural perkataan Nabi Muhammad SAW.

Rep: Zainur Mashir/ Red: Agung Sasongko
Berbagai elemen masyarakat membuat tirai manusia ketika umat muslim melaksanakan sholat jumat pertama pascapenembangan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).
Foto: Antara/Ramadian Bachtiar
Berbagai elemen masyarakat membuat tirai manusia ketika umat muslim melaksanakan sholat jumat pertama pascapenembangan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pemerintah dan warga ibu kota Selandia Baru, Wellington, membuat sebuah lukisan mural yang berisikan pesan cinta dan persaudaraan Islam di salah satu dinding di pusat kota tersebut. Hal itu ditujukan untuk mengembalikan kehangatan warga Selandia Baru usai terjadinya tindakan teroris yang secara brutal menembaki umat Muslim di Masjid Al Noor, Kota Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019.

Sebuah mural dengan hiasan bunga itu terpajang di jantung kota Wellington setelah diresmikan pada Rabu (30/11). Mural itu dikerjakan selama enam bulan dengan melibatkan 40 orang relawan.

Baca Juga

Salah satu mural mengutip perkataan Nabi Muhammad SAW, "Be kind, whenever kindness becomes part of something, it beautifies it."

“Teroris ingin menabur kebencian dan perpecahan, tetapi yang terjadi malah sangat luar biasa. Setiap tindakan dermawan telah membantu proses penyembuhan. Salah satunya dengan membuat mural ini," kata, Tahir Nawiz, Presiden Asosiasi yang peduli untuk masjid Kilbirnie, dilansir dari laman scoop.nz.co, Sabtu (2/11).

Tahir mengatakan, mural itu berjudul Weavihg Hope atau tenunan harapan. Visi dari mural itu, kata dia, adalah untuk membaut masyarakat lebih bersatu dan menerima keberagaman.

Tahir menambahkan, keberadaan mural itu di pusat kota akan membuat setiap orang yang lewat memperhatikannya. Tentu mereka dengan seketika akan teringat dengan para korban Christchurch.

Salah satu partisipan dalam pembuatan mural itu, Ruth Roberson-Taylor mengaku ia sangat senang membuat mural itu. Sebab, kegiatan semacam itu akan membuka kesempatan baginya untuk memiliki hubungan yang lebih erat dengan komunitas muslim. "Dan semoga hal ini bisa menciptakan masyarakat yang lebih koheren dan semoga tidak terjadi (lagi) hal-hal yang mengerikan," ucapnya.

Partisipan lainnya, Mahmoud Shagouri mengukir 51 bunga di dinding kota itu. Masing-masing mewakili 51 nyawa yang hilang dalam tragedi Christchurch. Bunga-bunga itu, kata dia, datang dari seluruh dunia untuk mengingatkan bahwa Islam itu beragam dan global.

"Mural ini adalah cara yang baik untuk membawa kita kembali pada emosi positif yang pernah kita miliki dan pada semua tujuan bersama yang telah kita tetapkan," kata Nabil Adam, partisapan lain dalam proyek mural tersebut.

Mural Weaving Hope dibuat bersama oleh Asosiasi Mahasiswa Muslim VicMuslim, Komite Muslim Internasional Selandia Baru, anggota komunitas masjid Kilbirnie, Masyarakat Muslim Selandia Baru Vodafone, Salam Network, dengan dukungan situs dari Dewan Kota Wellington.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement