Selasa 04 Dec 2018 07:34 WIB

Ketika Kiprah Muslimah India Jadi Topik Utama Pameran

Pameran itu menampilkan potret Muslimah India yang melepaskan 'purdah'.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim India (ilustrasi)
Foto: EPA/Farooq Khan
Muslim India (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Kisah-kisah inspiratif dan kontribusi para Muslimah India di masa lalu ditampilkan dalam sebuah pameran di New Delhi, India.

Pameran yang bertajuk "Pembuka jalan: Abad 21 Wanita Muslim India" dibuka pada Sabtu lalu dan akan diselenggarakan hingga 8 Desember mendatang. Pameran ini pertama kali diadakan pada Mei lalu dan mendapat dukungan dari PBB. 

Di acara yang diselenggarakan Forum Wanita Muslim di Pusat Internasional India (IIC), pameran menampilkan wanita yang sebagian besar belum pernah terdengar dan tidak dikenal dalam narasi mainstream. Pameran itu menampilkan potret Muslimah India yang melepaskan 'purdah' dan berada di garis depan dalam wacana nasionalis dan feminis dalam abad lalu. 

Purdah (tirai) adalah praktik keagamaan dan sosial yang mengharuskan pemisahan antara perempuan dan laki-laki di tempat umum yang dilakukan oleh beberapa komunitas Muslim dan Hindu di Asia Selatan. 

Selama dan setelah gerakan kebebasan, sebuah catatan di pameran itu menyebutkan, banyak Muslimah melepaskan purdah dan menjadi mitra dalam proyek untuk membangun India yang baru. 

Mereka kemudian menjadi penulis, guru, seniman, ilmuwan, pengacara, pendidik, pekerja politik, serikat pekerja, anggota parlemen, dan anggota majelis legislatif. 

"Dengan beberapa pengecualian, sebagian besar dari mereka telah dilupakan seiring waktu," demikian catatan dalam pameran tersebut, seperti dilansir di Gulf Today, Senin (3/12). 

Acara ini diresmikan penulis-pembuat film Syeda Imam (cucu dari penulis-pendidik awal abad ke-20 Tyaba Khedive Jung). Adanya acara seperti ini mewujudkan semangat dari kontribusi aktif para Muslimah India, dan seperti yang dikatakan Imam, "Tidak berada di relung rumah dan dapur".

Jauh dari kesan umum tentang wanita yang dibungkam, tertutup, dan pendiam, pameran 'pembuka jalan' menceritakan kisah-kisah para wanita yang kuat, gigih dan terlibat. 

Beberapa dari wanita ini termasuk Qudsia Aizaz Rasul, satu-satunya anggota Muslimah dari Majelis Konstituante dan penulis "Dari Purdah ke Parlemen: Seorang Wanita Muslim dalam Politik India", anggota parlemen wanita pertama Assam Mofida Ahmed, yang terpilih dari Jorhat pada 1957; dan Aziza Fatima Imam, yang melayani di Rajya Sabha selama 13 tahun sejak 1973.

Pameran yang menampilkan foto, teks, dan pemasangan video, menunjukkan kontribusi signifikan Muslimah terhadap pembangunan bangsa, bersama dengan saudara perempuan mereka dari komunitas lain, melalui perjuangan kemerdekaan, kemandirian dan seterusnya. 

Banyaknya stereotip dibangun oleh aktor beragam mengenai wanita Muslim. Tetapi faktanya adalah tidak ada perkumpulan yang tidak bisa dibedakan dari wanita Muslim.

Seperti wanita dari semua kelompok sosial-budaya, mereka juga merupakan komposisi individu yang berbeda dan bergerak, sering dibuang dalam bahasa populer menjadi satu tumpukan tunggal. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement