Jumat 21 Sep 2018 07:03 WIB

Yang Muda dan Merayakan Kemerdekaan di Saudi

Masa depan Saudi bergantung pada pemudanya.

Suasana festival di Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9). Festival itu digelar terkait peringatan  Hari Nasional Arab Saudi yang akan jatuh pada 23 September.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Suasana festival di Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9). Festival itu digelar terkait peringatan Hari Nasional Arab Saudi yang akan jatuh pada 23 September.

Oleh: Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Perempuan itu punya nama lengkap Hanaa Shakhbar. Usianya 32 tahun. Pada sore hari yang semarak di kawasan Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9), ia nampak serius bersama dua rekannya menggarap sebuah proyek seni tak jauh dari Gerbang Madinah kompleks Kota Tua tersebut.

Ia juga dikelilingi keriuhan festival sore itu. Anak-anak kecil yang berlarian, pemuda-pemuda hipster Saudi dengan jambang modis dan celana jeans sempit, serta satu-dua pasukan Badui menunggangi kuda Arab yang terkenal gagah.

Hanaa tak berabaya seperti kebanyakan perempuan dewasa di Saudi. Celana jeans dilengkapi tunik hitam dengan lengan disingsingkan, serta kerudung yang ia pakai longgar.

Seperti kebanyakan milenial zaman sekarang, Hanaa tak hanya punya satu nama. Di dunia maya, ia memilih nama Hanno_art_ untuk akun Instagram-nya, Hanno_art, penuh dengan lukisan-lukisan diri konseptual.

photo
Hanaa (kanan), seorang seniman lukis Saudi mengawasi pengerjaan proyek mural di Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9). Proyek itu ia kerjakan untuk peringatan Hari Nasional Arab Saudi yang akan jatuh pada 23 September.

“Tidak semuanya saya unggah, nanti idenya dicuri,” kata dia dalam bahasa Inggris fasih sembari menunjukkan lukisan separuh wajah sendiri berkulit warna-warni pelangi. Perempuan asli Jeddah itu mengatakan, yang ia tampilkan di Instagram hanya semacam promosi untuk konsep pamerannya di salah satu galeri seni di Jeddah.

Dikirim belajar mengenai bisnis di New York, Amerika Serikat, sekitar tujuh tahun lalu, Hanaa memutuskan enggan menghabiskan sisa hidupnya dibalik meja. Dua setengah tahun lalu, ia memutuskan mencurahkan hidupnya sebagai seniman lukis.

Hari itu, ia mengamati kerja seniman kaligrafi Walid yang memilih disebut dengan nama kuasnya, Welee, seorang pria asli Makkah melukis serangkaian tulisan Arab rumit mengelilingi sketsa seraut wajah. Nantinya, kata Hanaa, sketsa tersebut akan ditempeli kolase foto-foto kecil pengunjung Kota Tua Jeddah membentuk lukisan wajah Raja Salman bin Abdulaziz.

Bersama Welee dan Ghadah Basrawy, seniman perempuan lainnya, Hanaa mengerjakan proyek itu atas pesanan lembaga amal Misk yang didanai Pangeran Muhammad bin Salman untuk peringatan Hari Nasional Saudi yang jatuh pada 23 September nanti. Semacam hari kemerdekaan di Indonesia.

Tanggal itu menandai diubahnya nama Kerajaan Nejd dan Hijaz menjadi Kerajaan Arab Saudi oleh Raja Abdulaziz Alsaud pada 1932. Sebuah kerajaan yang berdiri di atas pondasi puritanisme Islam yang digaungkan Muhammad ibn Abdul Wahhab pada abad ke-19.

Kawasan Kota Tua disulap jadi kian meriah. Lampu-lampu aneka warna menyinari gedung-gedung lawas tak berpenghuni. Aneka pertunjukan digelar mulai dari musik khas Saudi hingga pemutaran film sejarah Jeddah dan Kerajaan Saudi. Di tepi plasa-plasa di Kota Tua, nampak aneka panganan dan jajanan lokal diperjualbelikan.

Keriuhan festival di Kota Tua Jeddah sore itu juga seperti menegaskan keberadaan generasi baru Arab Saudi tersebut. Tak hanya Hanaa, Welee, dan Ghadah yang ligat bergerak, lainnya juga nampak memegang kamera foto dan video menangkap nuansa dan suasana di Kota Tua yang semarak.

Apakah mereka ini yang disebut bakal mengubah wajah Saudi pada masa-masa mendatang, menjelang 2030 yang dijadikan titik ukur perubahan di Saudi? “Insya Allah,” kata Ghadah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement