Ahad 17 Jun 2018 06:28 WIB

Idul Ftri, Jadi Momentum Belanja di Pakistan

Lebih dari 20 pusat perbelanjaan utama di Karachi, Pakistan ramai di malam hari.

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah
Warga Pakistan berbelanja kebutuhan Idul Fitri
Foto: Arabnews
Warga Pakistan berbelanja kebutuhan Idul Fitri

lREPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Perayaan Idul Fitri menjadikan puast perbelanjaan di Kota Karchi seolah gerbang bagi mereka yang ingin berbelanja. Untuk menyambut lebih banyak orang setiap malamnya bahkan pusat-pusat perbelanjaan membuka toko mereka hingga fajar.

Dilansir dari Arabnews, lebih dari 20 pusat perbelanjaan utama di Karachi, Pakistan, yang ramai di malam hari setelah suhu udara kota menanjak mendingin. "Semua fasilitas telah disediakan untuk melakukan kegiatan bisnis di pusat-pusat perbelanjaan utama di kota," kata Atiq Mir, ketua All Karachi Tajir Ittehad, sebuah organisasi menaungi hampir 100 pusat bisnis di kota itu.

Dia mengatakan, kota ini adalah rumah bagi 20 juta orang yang terkenal dengan hasrat mereka untuk berbelanja. Saat ini, pembeli rata-rata biasanya menghabiskan minimal PKR 5.000 untuk berbelanja.

Secara tradisional, Pakistan mengalami kegilaan belanja besar-besaran dalam 10 hari terakhir Ramadhan. Kegiatan komersial ini memuncak beberapa jam sebelum Shalat Idul Fitri. "Kami telah menyarankan orang untuk mulai berbelanja lebih awal karena mereka akan terjebak dalam kesibukan besar selama beberapa hari terakhir," kata Mir.

Sejumlah besar orang Pakistan membeli pakaian, sepatu, pakaian anak-anak dan perhiasan menjelang perayaan Idul Fitri. Permintaan akan kain, parfum, dan kosmetik juga tetap tinggi sebelum perayaan Idul Fitri. Produsen lokal tahun ini mungkin tidak dapat menangkap pangsa pasar yang besar karena rekan-rekan Cina mulai memasarkan produk mereka secara agresif.

“Ada serbuan besar di Pasar Kain Jama karena orang sibuk berbelanja untuk Idul Fitri. Selain produk lokal, barang-barang dari Cina, India dan negara lain juga ditampilkan dalam jumlah besar,” Asif Gulfam, yang merupakan bagian dari Aliansi Asosiasi Pasar Arambagh.

Hampir 80 persen pakaian anak-anak yang tersedia di pasar lokal telah diimpor dari Cina, Malaysia, Bangladesh, Taiwan dan Singapura. Beberapa pembeli menunggu hari-hari terakhir Ramadan untuk berbelanja, sementara beberapa pembeli lain memilih menghindari kerepotan di pasar di hari-hari terakhir Ramadhan.

“Saya tidak merasa nyaman saat berbelanja di lingkungan yang padat. Terkadang Anda menemukan apa yang Anda cari, meskipun Anda juga terpaksa melakukan kompromi yang tidak perlu. Lebih baik membeli barang-barang di lingkungan yang tidak merepotkan,” kata salah satu pembeli, Samina Ahmed.

Fenomena berbelanja besar-besaran ini baru-baru saja mengakar di Pakistan. Mengingat persaingan kejam dalam bisnis ritel, mal-mal dalam banyak kasus telah merugikan bisnis usaha kecil dan menengah.

“Hampir 40 persen dari bisnis kami telah beralih ke mal-mal ini karena mereka menawarkan lingkungan yang lebih baik kepada pembeli. Anda tidak akan melihat banyak skema diskon selama beberapa hari terakhir Ramadan karena pemilik toko ingin menutupi semua pengeluaran mereka dengan menjual produk dengan harga maksimum,” kata Muhammad Tahir Khan, sekretaris bersama asosiasi kesejahteraan pedagang di Karachi.

Menurut Abdullah Zaki, seorang industrialis dan mantan ketua Asosiasi Pedagang Benang Pakistan, industri lokal menderita hingga 20 persen karena masuknya produk Cina yang murah. Industri lokal juga menderita karena masuknya barang selundupan dari negara tetangga Afghanistan.

Di Pakistan, banyak badan amal setempat, filantropis, dan organisasi kemanusiaan melangkah maju selama Ramadhan untuk memberikan bantuan keuangan kepada ribuan orang miskin. Sehingga memungkinkan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam perayaan Idul Fitri dan memberikan dorongan yang lebih besar untuk kegiatan komersial di negara tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement