Selasa 06 Mar 2018 12:19 WIB

Kisah Anak-Anak yang Dibesarkan ISIS Kembali ke Chechnya

Anak-anak dibesarkan kakek dan nenek sembari memulihkan trauma perang yang mengerikan

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Ani Nursalikah
Belant Zulgayeva bersama cucu-cucunya di Desa Dachu-Borzoi, di pinggiran Grozny, Rusia. Cucunya sempat tinggal di Irak dan tinggal bersama militan ISIS.
Foto:
Hadizha bersama kake dan neneknya.

Hadizha (delapan) merupakan salah satu anak dengan kasus tersebut. Ia ditemukan di jalanan Mosul. Sang nenek, Zura bisa mengidentifikasinya dari sebuah foto yang diambil kelompok bantuan. Hadizha ditemukan terbaring di selokan dengan lengan dan dagunya mengalami luka bakar.

Kini, Hadizha dan Zura tinggal di desa kecil di Chechnya. Ibu bersama dua saudara laki-laki dan perempuan Hadizha belum diketahui keberadaannya. "Saya sering bertanya dengan lembut, apa yang terjadi di sana. Tapi, ia tidak mau mengatakan apa pun. Saya berharap mereka tetap hidup. Tapi, dia (Hadizha) yakin, dia mengatakan mereka ditembak," ujar Zura.

Masih berdasarkan cerita Hadizha, ia berhasil selamat setelah melambaikan tangan dan berkata Jangan tembak dalam bahasa Arab. Saat ini, Hadizha menghabiskan hari-harinya dengan meringkuk di sofa sambil menonton film kartun. Matanya tampak marah. "Ia hanya diam," ujar Zura.

Lainnya bernasib lebih baik. Adlan (sembilan) berangkat ke Suriah bersama ibu, ayah dan dua saudara kandung. Tapi, ia kembali sendiri, dikirim orang Rusia yang bekerja untuk program repatrasi.

Adlan mengatakan, di sana ia bisa bersekolah, bersepeda dan bermain dengan anak berbahasa Rusia lain. Selama pertempuran Mosul, ada ledakan di rumahnya. Ia selamat, tapi tidak dengan keluarganya. "Dia bilang, dia melihat ibu dan saudara laki-lakinya, dan mereka sedang tidur," ujar kakek Adlan, Eli.

Perilaku Adlan masih menunjukkan kondisi baik. Ketika diminta seorang psikolog anak untuk menggambar dengan krayon, Adlan membuat sebuah rumah dan bunga di atas kertas yang merupakan pertanda baik. Eli berharap, memori masa kecil Adlan tidak akan rusak dengan kejadian di Suriah.

Tidak hanya anak, kaum perempuan pun mengalami hal serupa. Hava Beitermurzayeva (22) pergi dari rumah orang tuanya pada 2015 di desa Gekhi, Chechnya untuk menikahi seorang tentara ISIS yang ditemuinya secara online. Mereka akhirnya tinggal di Raqqa, ibu kota kelompok militan yang disebut sebagai kekhalifahan di Suriah.

Beitermurzayeva mengatakan ia menghabiskan sebagian besar waktu di rumah bersama anak laki-lakinya. Militan ISIS menerapkan peraturan agama dan melakukan eksekusi publi dengan pemancungan atau rajam untuk kejahatan seperti perzinahan. "Orang-orang yang lewat bisa berhenti dan menonton," ujarnya.

Ketika kembali ke rumah sekarang, Beitermurzayeva tampak tidak terganggu oleh pengalamannya. Ia bahkan masih antusias dengan kekhalifahan. "Semua yang terjadi pada saya takdir dari Tuhan. Jika saya menyesalinya, saya berarti tidak senang dengan takdir yang Tuhan berikan ke saya," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement