Senin 26 May 2014 18:10 WIB

Maraknya Kejahatan Pertanda Lemahnya Iman

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Chairul Akhmad
Para pelaku kejahatan saat ditangkap aparat keamanan (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Para pelaku kejahatan saat ditangkap aparat keamanan (ilustrasi).

Oleh: KH Athian Ali Dai

Salah satu misi risalah Islam yang diemban Nabi Muhammad SAW adalah menyempurnakan akhlak manusia. Baik itu akhlak kepada Allah SWT, diri sendiri, orang lain, maupun akhlak terhadap lingkungan.

Karena itulah, Allah membimbing Rasululllah agar ‘memanusiakan’ kembali masyarakat jahiliyah yang sudah luar biasa rusak moralnya.

Untuk mencapai misi tersebut, hal pertama yang dilakukan Rasulullah adalah menanamkan prinsip-prinsip akidah Islam kepada umatnya. Lebih dari separuh periode risalah beliau dihabiskan untuk dakwah tauhid ini saja.

Hasilnya, para sahabat yang hidup pada zaman itu mampu meraih taraf keimanan yang tinggi, sehingga mereka pun mencintai Allah dan rasul-Nya di atas segala-galanya.

Dari situ kita jadi tahu, akidah yang kuat menjadi pondasi utama dalam membentuk akhlak Mukmin. Seorang yang benar-benar beriman akan mencintai apa pun yang dicintai Allah. Dia pun akan melakukan hal-hal yang diridhai Allah saja dan menjauhi segala perbuatan yang dimurkai Tuhannya.

Rasulullah pernah bersabda, “Tidak akan pernah berzina seorang pezina kalau dia dalam keadaan beriman. Tidak akan pernah mencuri seorang pencuri kalau dia dalam keadaan beriman. Tidak akan minum khamar pula seorang peminum khamar jika dia dalam keadaan beriman.” (HR Bukhari).

Dalam riwayat lainnya, “Iman itu laksana pakaian yang Allah kenakan kepada hamba-Nya. Bila seorang berzina, maka lepaslah pakaian tersebut. Bila dia bertobat, maka dikembalikan lagi pakaiannya.” (HR Baihaqi).

Pada dua hadis di atas, Rasulullah telah menafikan maksiat bisa menyatu dengan keimanan. Jadi, tidak mungkin seseorang mengaku beriman, jika pada saat yang sama dia melakukan hal-hal yang dilaknat Allah. Jika seorang Mukmin melakukan maksiat, maka berarti ketika itu dia tengah mengalami krisis keimanan yang luar biasa.

Kondisi inilah yang sedang dihadapi masyarakat kita sekarang. Dalam berbagai pemberitaan akhir-akhir ini, kita mendengar kejahatan seksual marak terjadi di mana-mana. Termasuk di antaranya kasus pelecehan, perkosaan, incest, hingga paedofil (berhubungan badan dengan anak-anak).

Bahkan, menurut sebuah catatan, ada satu pelaku sodomi di Sukabumi yang diperkirakan sudah ‘memangsa’ lebih dari seratus bocah. Ini sangat mengerikan!

Perbuatan keji di atas hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman. Akhlak mereka bahkan lebih rendah dari hewan. Ayam jantan saja tidak akan mau menggauli anak ayam yang masih kecil. Pun, kucing dewasa enggan melakukan hubungan badan dengan anak kucing. Masihkah layak mereka disebut manusia yang beriman?

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raf: 179).

Pembaca yang budiman, berbagai kejahatan seksual dan akhlak buruk yang merebak belakangan ini berawal dari lemahnya akidah umat. Sayangnya, dakwah yang ada saat ini masih jarang sekali menyasar ke arah pembenahan akidah seperti yang telah diajarkan Rasulullah SAW dan para sahabat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement