Selasa 15 Mar 2011 15:45 WIB

Kebencian Warnai Aksi Penentangan Masjid Sheepshead Bay, AS

Unjuk rasa antara pendukung vs penentang pendirian masjid di Sheepshead Bay, AS.
Foto: BROOKLYNPAPER.COM
Unjuk rasa antara pendukung vs penentang pendirian masjid di Sheepshead Bay, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, SHEEPSHEAD BAY, AS - Penentang konstruksi masjid di Sheepshead Bay sedikit melunakan sikap anti-Muslim mereka. Namun mereka tidak lantas menghentikan warga sekitar memberi kecaman pedas dan mencela para pembangun masjid yang menyebut sebagai pendukung terorisme. Mereka menggelar protes pada Ahad (13/3) lalu di lokasi proyek.

Duel unjuk rasa terbaru antara mereka yang menentang dan mendukung pendirian masjid, terjadi beberapa hari setelah perintah penghentian pembangunan pada Februari lalu dicabut oleh kota. Alhasil Masyarakat Musli Amerika (MAS) memiliki kebebasan lagi untuk melanjutkan konstruksi di Voorhies Avenue.

Kelompok yang menamakan dirinya Members of Bay People (Anggota Warga Bay) yang dulu pernah menuding pedonor masjid masih memiliki kaitan dengan terorisme, menolak berkomentar kali ini. Namun mereka memberi forum bagi non-anggota untuk melihat langsung kaitan tersebut.

"Masyarakat Muslim Amerika dibentuk dan mendedikasikn diri untuk menghancurkan peradaban Barat," ujar salah satu warga, Robert Spencer, sekaligus kolumnis yang kerap menyerang Islam lewat tulisannya di  American Tinker.

Seorang pembicara dalam forum itu bahkan bersuara lebih keras. "Adalah hak saya untuk membenci kalian!" teriak Neal Alpert berulang kali kepada pendukung masjid.

Retorika penuh kebencian itu dianggap biasa saja oleh anggota warga Bay dengan dalih setiap orang diizinkan untuk mengeluarkan opini mereka. "Setiap orang memiliki hak untuk mengatakan apa yang mereka rasakan dalam forum dan aksi protes," ujar salah satu anggota, Victor Benari. "Tapi itu tak berarti semua penduduk Bay setuju. Argumen kami tidak ada kaitan dengan menentang atau membenci Muslim," ujarnya.

Pernyataan Benari sungguh berbeda. Pada Juni lalu, ia membakar massa ketika mengatakan kepada pengunjuk rasa bahwa "Setiap teroris Muslim selalu terkait dengan masjid".

Bentrok terakhir terkait pembangunan masjid terjadi pada musim gugur tahun lalu, ketika massa terbagi dua tepat di Vorhies Avenue. Penentang pendirian masjid melakukan seruan-seruan, orasi di sisi utara jalan dua arah tersebut, sementara para pendukung yang menyatakan mereka memiliki hak atas proyek itu berada di sisi selatan.

Namun kali ini, Warga Bay mengusung tanda dengan slogan-slogan seperti "Kedamaian dan kediaman kami tidak untuk dijual" Spanduk-spanduk itu kini mengganti slogan yang dibawa pada 2010 lalu yang berbunyi "Hamas membunuh dan Masyarakat Muslim Amerika mendonorkan uang. Tangan mereka pun ikut berdarah."

Sementara di sisi lain, di golongan pendukung masjid, massa membentangkan spanduk yang berbunyi "Kebencian adalah bukan-Amerik” serta meneriakkan "tak tahu malu".

Unjuk rasa saat itu juga membawa penduduk dari luar lingkungan tersebut yang ingin menyatakan dukungan mereka terhadap pendirian masjid.

"Masjid telah disetujui oleh kota, sehingg Masyarakat Muslim Anmerika sudah seharusnya boleh dan bisa membangun rumah ibadah mereka," ujar pendidik keturunan Arab-Amerika, Debbie Almontaser. Ia sendiri dipecat dari kepala sekolah sebuah institusi pendidikan Budaya Arab karena dituduh menciptakan sekolah untuk jihad.  Kasus tersebut selesai karena ia dinyatakan tidak melakukan kesalahan apa pun.

Massa pendukung masjid juga mengajak penduduk lokal agama lain yang sudah muak dengan pandangan xenofobia di kalangan penentang masjid.

"Saya telah tinggal di lingkungan ini selama 20 tahun dan saya terkejut dengan nada kebencian macam itu, ujar anggota aktivis grup Yahudi Menentang Islamofobia, Toby Horowitz.

Di tengah unjuk rasa dan gugatan hukum rencana pembangunan pusat komunitas sekaligus Islamic Center itu terus berjalan. Konstruksi dijadwalkan kembali dilakukan pekan ini, demikian menurut pemilik, Ahmed Allowey.

"Kita memiliki hak sebesar orang lain untuk beribadah di sini," ujar Allowey. "Dan kita ingin memiliki hubungan baik dengan lingkungan, tetangga dan hidup harmonis di sini."

sumber : Your Nabe.com

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement