REPUBLIKA.CO.ID, Menunjukkan solidaritas terhadap komunitas Kristen Mesir, beberapa Muslim hadir di Gereja pada ibadah Jumat. Mereka beraksi sebagai perisai hidup saat para jemaat Kristen Koptik merayakan Hari Natal mereka setelah pengeboman di tahun baru yang membunuh 21 orang.
Mesir terus mengetatkan keamaan pada Jumat dan pengemudi dilarang memarkirkan kendaraan di depan gereja, di mana pengunjung dipindai oleh alat pendeteksi peledak oleh petugas keamanan dan polisi. Menurut kalender Koptik, Hari Natal jatuh pada 7 Januari.
Petugas keamaan mengatakan sedikitnya 70 ribu petugas dan wajib militer telah ditempatkan di penjuru negara untuk mengamankan gereja-gereja saat penganut Koptik mengunjungi Gereja untuk perayaan Natal.
Polisi mengatakan, sebuah peledak primitif--sebuah kaleng berisi mercon, paku dan mur, tapi tanpa pemicu--telah ditemukan di sebuah gereja di selatan, Kota Minya.
Salah satu penganut Koptik, Maher, 50, tiba bersama istri dan kedua anaknya bergabung dengan masa Koptik lain di ibu kota. "Penderitaan kami besar, namun kami merasa kuat karena dukungan teman Muslim kami," ujarnya.
Dil Katedral Saint Mark, Kairo, dimana kepala Gereja Koptik, Pope Shenuda III, memimpin doa, beberapa anggota pemerintah hadir, begitu pula Presiden Hosni Mubarak dan kedua putranya Alaa dan Gamal.
Muslim dan Kristiani Mesir telah hidup berdampingan selama berabad-abad. Meski kadang terjadi gesekan, namun cenderung disebabkan pertikaian bisnis atau keluarga atau hubungan antarkeyakinan, bukan karena ideologi.