REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Relawan Masjid Indonesia (RMI) menemukan penyusupan kristenisasi dibalik bantuan untuk pengungsi bencana Merapi. Untungnya, para relawan tidak tinggal dia. Mereka mencoba menyadarkan masyarakat yang diketahui menjadi objek kristenisasi.
Hal ini disampaikan Koordinator RMI, Fanni Rahma, pada Republika, Selasa (28/12). "Untuk meminimalisasi prakter kristenisasi di wilayah bencani kami secara rutin terus menggelar pengajian," kata Fanni.
Seperti diketahui, RMI menemukan sejumlah modus kristenisasi di beberapa dusun yang terkena bencana Merapi. Dusun Windu Sajan, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang sempat menjadi sasaran kristenisasi melalui dalih bantuan korban bencana.
Sejumlah relawan non muslim membuka posko di sana. Mereka sempat mengundang anak-anak pengungsi untuk mengambil bantuan. Namun selain bantuan, anak-anak itu juga disisipi sebuah buku yang ternyata injil.
Warga sekitar yang mendapati anak-anak membawa injil meminta mereka mengembalikannya ke posko relawan non muslim. Tidak terjadi kericuhan terkait hal ini.
Namun selain membagikan injil, warga juga melaporkan terbersit rencana para relawan untuk membeli sejumlah lahan di dusun tersebut. Menurut warga, lahan itu akan dibangun gereja dan taman kanak-kanak. Usulan inipun ditolak mentah-mentah warga.
Modus terakhir kristenisasi ditemukan di tiga Dusun di Desa Ngadipura, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Tiga dusun tersebut adalah Dusun Kembar, Karang Gondang, dan Dusun Dukuh.
Warga menghadiri pembagian sembako di masjid setempat. Setelah pembagian sembako, warga mengikuti program mengilangkan trauma bencana yang digelar Yayasan Citra Kasih dan Anak Nusantara Berbagi Kasih dari Jakarta dan Temanggung.
Anehnya, usai mengikuti program itu warga kemudian dibagikan roti pemberkatan oleh Rohaniawan dan Relawan mereka dan diberkati atas nama tuhan mereka.