REPUBLIKA.CO.ID,TORONTO--Institut Muhammad untuk Ilmu Ruang Angkasa, sebuah organisasi di Kanada yang didedikasikan untuk menempatkan dunia Islam kembali ke garis depan penemuan ilmiah, ingin membangun fasilitas peluncuran roket ruang angkasa di Kanada.
Kepala Institut Muhammad yang juga astrofisikawan Vancouver, Redouane Al Fakir, berpendapat jika negara-negara seperti India, Cina, dan Jepang bisa meluncurkan satelit ke ruang angkasa maka Kanada pun bisa melakukan hal serupa.
''Ini tak bisa dipertahankan lagi kalau Kanada tidak memiliki kemampuan meluncurkan roket ruang angkasa,'' ujar Al Fakir dalam sebuah wawancara.
Al Fakir ingin seluruh rakyat Kanada terlibat dalam proyek ini. Dia menawarkan tempat peluncuran ruang angkasa yang pertama bagi negaranya. Menurutnya, ini hanya masalah waktu.
Ayah dua anak berusia 50 tahun yang kini menjadi astronom di British Columbia University ini, telah memutuskan untuk berbuat sesuatu demi mewujudkan mimpinya tersebut. Tujuan awalnya, dia ingin meluncurkan pesawat ruang angkasa atau satelit ke orbit Bumi. Setelah itu berkembang ke bulan, Mars, dan ruang angkasa lainnya.
Al Fakir sedang mencari dua lokasi di tepi pantai yang bakal dijadikan pusat peluncuran pesawat ruang angkasa ini, yaitu di Tofino dan Prince Rupert. Kedua tempat itu cukup terpencil lokasinya, tapi tetap dapat diakses melalui jalan darat, menjadikannya idel bagi situs tersebut.
Dia juga sedang mengumpulkan pendanaannya terutama dari Timur Tengah, meskipun itu tidak mudah. Al Fakir memperkirakan dibutuhkan biaya sekitar 100 juta dolar AS untuk membangun fasilitas peluncuran roket itu dan 500 juta dolar AS untuk meluncurkan roket.
Al Fakir sudah menjaminkan uang sebesar 250 dolar AS untuk memulai penggalangan dana dari luar negeri. Bahkan, dia baru-baru ini memulai perjalanan ke Doha, Qatar, untuk memaparkan rencananya itu ke pejabat di sana. Dia mengaku gembira dengan dukungan yang diberikan kepadanya. ''Saya terkejut karena mereka sangat antusias mendengarkan rencana tersebut.
Selain ke Qatar, dia berharap bisa bekerja sama dengan negara-negara Islam lainnya seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. ''Tentu saja, negara-negara ini merupakan satu kesatuan kultural yang besar, dan kami ingin bekerja sma denagn dunia Islam, dengan negara-negara Teluk dan lainnya seperti Malaysia dan Indonesia,'' ungkapnya.
Al Fakir juga akan memanfaatkan koneksi Institut Muhammad untuk mendapatkan investor non pemerintah untuk mewujudkan proyek tersebut. Institut Muhammad merupakan lembaga nirlaba yang didirikan pada 2008 dan berlokasi di kampus British Columbia University.