Sabtu 20 Nov 2010 09:35 WIB

Suara Perempuan dari Dunia Muslim Melalui Festival Film Pendek

Suara Perempuan dari Dunia Muslim
Foto: womensvoicesnow.org
Suara Perempuan dari Dunia Muslim

REPUBLIKA.CO.ID,"Women's Voices from the Muslim World - a Short-Film Festival” ( Festival Film Pendek: Suara Perempuan dari Dunia Muslim) disebut-sebut oleh penyelenggara sebagai ajang film pendek internasional pertama mengenai Islam dan perempuan. Film-filmnya memusatkan perhatian pada perempuan dari berbagai latar belakang dan agama yang tinggal di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, serta perempuan Muslim yang hidup sebagai minoritas di seluruh dunia.

Penyelenggara festival, Tabacaru mengatakan, sejauh ini respon terhadap kompetisi film online tersebut sangat positif. Sejak pendaftaran film secara online dibuka pada awal Oktober, festival tersebut telah menerima pendaftaran dari lebih dari 35 negara, dan 26 film diantaranya, berasal dari Afghanistan.

Sineas film yang tertarik mengikuti kompetisi itu bisa mendaftarkan film mereka secara online lewat www.womensvoicesnow.org sampai tanggal 24 November. Pemenangnya akan mendapat hadiah uang tunai dan filmnya akan ditayangkan di festival film selama tiga hari pada bulan Maret 2011 di Los Angeles, California.

Harus Terlibat

Ketika pengacara HAM Catinca Tabacaru mendengar bahwa ada seseorang yang berniat menyelenggarakan festival film mengenai perempuan Muslim, ia merasa harus terlibat.

Maka pada bulan Januari 2010, Tabacaru bergabung dengan dermawan Leslie Sacks dan lainnya untuk mendirikan "Women’s Voices Now" (www.womensvoicesnow.org), organisasi nirlaba yang berada di balik penyelenggaraan festival film pendek ini.

Tujuan festival tersebut, kata Tabacaru, adalah menyuguhkan tontonan yang tidak bias dan komprehensif mengenai perempuan Muslim dan perempuan dari berbagai keyakinan, menegaskan hak-hak mereka, baik dari dalam maupun luar dunia Islam.

Tabacaru mengatakan selagi festival tersebut memilih judul-judul yang akan ditayangkan, pihak penyelenggara berharap bisa menampilkan kisah-kisah mengenai perempuan tanpa disaring, dan untuk menggarisbawahi suara perempuan dari seluruh dunia Muslim.

“Kami tidak mewakili agama atau politik tertentu, tetapi yang kami sajikan adalah serangkaian film mengenai perempuan yang tersentuh oleh Islam. Dan itu adalah hal yang baru,” kata Catinca.

Menurut Tacabaru, sebagian dari film-film tersebut mengetengahkan kontribusi dan prestasi positif dari perempuan Muslim.“Kita sudah sering mendengar perempuan Muslim sebagai korban, yang tertindas, yang mengenakan jilbab. Melalui festival film ini, kita mendapat kisah yang tidak terbayangkan sebelumnya,” ungkap Catinca.

Alysse Stepanian adalah warga Armenia kelahiran Iran yang telah tinggal di Amerika selama 30 tahun terakhir. Filmnya berjudul ‘Roghieh’ yang diikutsertakan dalam kompetisi ini – berdasarkan jurnal yang ia tulis mengenai pengalamannya setelah revolusi Iran tahun 1979.

“Kalau anda melihat negara seperti Iran, atau perempuan di Iran, dari suatu tempat seperti Amerika, orang-orang melihatnya sebagai negara yang eksotis, berbahaya atau menyeramkan. Tetapi bagi orang yang tinggal di negara itu, hidup di sana, itu adalah rumah anda dan anda tidak merasa takut. Kehidupan terus berjalan. Saya bukan Muslim tetapi saya besar di negara Muslim dan saya memiliki kenangan indah tentang Iran, jadi saya senang terhubung kembali dengan kampung halaman saya,” jelas Alysse Stepanian.

sumber : voa
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement