Sabtu 13 Nov 2010 13:05 WIB

Umat Muslim tak Nyaman dengan Layanan Dokter di AS, Mengapa?

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Dokter. Ilustrasi
Foto: *
Dokter. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON--Selain mahal, alasan warga Muslim AS keberatan dengan layanan medis di AS adalah persoalan kenyamanan. Sebagian warga Muslim AS menilai kalangan medis AS haruslah memperhatikan dan mempertimbangkan nilai-nilai ajaran Islam saat melayani pasiennya.

Menurut mereka, kalangan medis AS cenderung memberlakukan pasien sama rata tanpa memperhatikan latar belakang agama dan budaya. Keluhan warga Muslim AS tidak dimaksudkan untuk mengakui eksistensi keberadaan warga Muslim AS yang mengarah rasial dan diskriminasi tetapi lebih kepada keinginan adanya penghargaan terhadap nilai-nilai yang diyakini warga Muslim AS.

"Kebanyakan pasien perempuan mengatakan kebanyakan dokter menginginkan mereka mengenakan seragam pasien, tapi mereka merasa tidak nyaman dengan seragam pasien tersebut. Mereka menyadari adanya aturan tersebut, tapi ada hal yang diinginkan pasien untuk dimengerti dokternya," simpul peneliti AS University of MIchigan, Aasim Padela, dalam hasil risetnya. Aasim juga menilai masalah seperti itu yang kemudian mempengaruhi hubungan dokter dan pasien Muslim AS. "Masalah semakin penting ketika penduduk Muslim AS terus berkembang".

Persoalan itu, lanjut Aasim, segera merembet pada kesenjangan layanan kesehatan. Dia mengungkap kebanyakan warga Muslim AS terutama yang berasal dari Pakistan akhirnya tidak mendapatkan pengobatan yang seharusnya. Sebagai contoh, kata dia, hasil analisis terhadap warga New York menyebutkan warga Pakistan cenderung enggan menjalani pemindaian kolonoskopi ketika terdiagnosa penyakit kanker usus besar. Akibatnya, warga Muslim AS keturunan Pakistan memiliki risiko kanker usus lebih parah ketimbang imigran Rusia.

Sementara itu, hasil riset yang dipublikasikan dalam Journal of Medical Ethics menyebutkan seorang warga Muslim AS yang mengenakan hijab meminta dokter wanita ketika hendak berobat ke rumah sakit. Padela menilai Kecenderungan itulah yang tidak diperhatikan kalangan medis AS. Dalam Islam, Padela menyimpulkan, seorang dokter haruslah menangani pasien yang berkelamin sama meskipun dokter tersebut bukanlah seorang Muslim. "Dengan bertanya apakah pasien merasa nyaman atau tidak, bisa jadi mengurangi kecenderungan itu," ujarnya.

Ahli Saraf Qazi Faisal, yang juga merupakan wakil Presiden Islamic Medical Association berpendapat pengetahuan dokter terkait latar belakang budaya sangat membantu pasien merasa nyaman. "Persoalan ini adalah masalah kepercayaan saja," kata dia. Dokter Unit UDG, Detroit Wayne State University School of Medicine, mengungkap adalah tanggung jawab pada setiap dokter untuk memastikan martabat pasien anda terjaga.

sumber : USA Today
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement