Sabtu 30 Oct 2010 04:27 WIB

Obama ke Indonesia, Sinyal Positif Hubungan Barat-Islam

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rencana kunjungan dan pidato terbuka Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Masjid Istiqlal di nilai sebagai sinyal positif dialog Barat dan Islam. Sebab menurut Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Ya’qub¸ diantara faktor pemicu ketegangan yang kini terjadi antar kedua kubu saat ini adalah minimnya informasi akurat dan riil tentang ajaran Islam yang luhur. ”Obama bisa menjadi penyambung lidah bagi dunia Barat,”kata dia kepada Republika di Jakarta, Jumat (29/10)    

Dikatakan Deputi Advisor Keamanan Nasional AS, Ben Rhodes, sebagaimana dikutip Reuters (28/10), sesuai rencana, Obama didampingi ibu negara¸ Michelle Obama memulai lawatannya ke sejumlah negara pada tanggal 5 November 2010. Kunjungan tersebut diagendakan selama 10 hari dengan negara tujuan yaitu India, Korea Selatan, dan Jepang.

Pada tanggal 10 November, menurut rencana, Obama bertandang ke Indonesia dan berpidato secara terbuka di Masjid Istiqlal tentang hubungan Barat-Islam, demokrasi, dan cita-cita kerjasama harmonis menciptakan perdamaian dunia.

Mustafa mengaku telah mendapat konfirmasi tentang rencana Obama tersebut Akan tetapi, belum bisa memastikan dan mempublikasikan jadwal kedatangan secara pasti. Sebab, rencana itu bisa saja berubah sewaktu-waktu. Sebagai bukti, sebelumnya, ziarah Obama ke Indonesia pernah diagendakan Maret tetapi faktanya berubah sampai saat ini.

Kunjungan tersebut, ungkap Mustafa, mempunyai posisi dan peran strategis baik politik ataupun upaya membina hubungan antara Islam dan Barat. Utamanya, memberikan informasi yang benar dan seimbang kepada dunia Barat AS secara khusus tentang agama Islam.  Apalagi,   Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia yang dikenal moderat.

Pemilihan Istiqlal, tutur Mustafa sebagai tempat berpidato pun cukup beralasan. Mengingat, Istiqlal merupakan masjid terbesar Se Asia Tenggara yang memiliki sejarah dan kedudukan penting bagi Muslim Indonesia. Sejumlah pemimpin besar pun tercatat pernah mengunjungi Istiqlal, termasuk mantan presiden AS, Bill Clinton. Potensi besar  yang dimiliki Indonesia menjadi bahan pertimbangan penting bagi AS. Pasalnya, langkah serupa pernah ditunjukkan Obama dengan mengunjung Kairo, Mesir.     

Mustafa mengatakan pihaknya tak menargetkan sejauh manakah dialog nantinya akan efektif. Akan tetapi, setidaknya langkah pendekatan hubungan telah diupayakan terhadap Obama sebagai sosok Presiden AS diharapkan memberikan konstribusi positif untuk hubungan Islam dan Barat. ”Sekalipun di negaranya kerja keras Obama menuai tudingan dan kecaman,”kata dia 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan Shaberah mengungkapkan upaya yang ditempuh Obama adalah bentuk penerapan diplomasi damai soft polecy. Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, George W Bush yang mengedepankan kekerasan. Karenanya, diharapkan kerja mulia ini mampu memberitahukan ke publik Barat Muslim Indonesia adalah Muslim damai dan moderat. Terorisme merupakan ulah segilintir orang menyalahgunakan agama.

Sehingga, lanjut Amidhan, Umat Islam di Indonesia diminta menerima kedatangan Obama dengan tangan terbuka dan sambutan hangat. Apalagi, kedekatan Obama dengan Indonesia cukup baik lantaran pernah berdomisili di Tanah Air semasa kecilnya. Ditambah, kebijakan yang diterapkannya terhadap Muslim di dunia mengindikasikan keterbukannya terhadap Islam.

Misalnya, dukungannya atas pembangunan masjid Grand Zero, New York dan sikap perlawanan keras terkait rencana pembakaran Alquran oleh Terry Jones. ”Kunjungan Obama akan tunjukkan kepada dunia tentang kemoderatan Islam Indonesia,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement