Sabtu 18 Sep 2010 02:18 WIB

Insiden HKBP-PTI tak Pengaruhi Kerukunan Umat Beragama

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Insiden penganiyaan terhadap jemaah Huria Kristen Batak Protestan Pondok Timur Indah (HKBP-PTI) Ciketing, Bekasi tak akan berpengaruh pada kerukunan dan keharmonisan umat beragama di Indonesia. Sebab, Indonesia telah berpengalaman menyelesaikan kasus-kasus berbau sara secara baik seperti Ambon dan Poso.

Akan tetapi, menurut Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama (Kemenag), hal tersebut bisa terwujud selama pihak yang bertikai mempunyai iktikad dan kemauan yang baik.”Tak perlu khawatir masyarakat Indonesia terkenal rukun dan cinta damai,”jelas dia kepada Republika di Jakarta, Jumat (17/9)

Abdul mengemukakan, kasus HKBP-PTI mencuat karena tidak terselesaikan di tingkat daerah sekalipun pemerintah daerah sudah berupaya maksimal. Pasalnya, peristiwa serupa yang berkaitan dengan perizinan rumah ibadah terjadi di beberapa daerah namun dapat dituntaskan segera di level daerah. Selain itu, kasus HKBP-PTI tidak hanya menyangkut perizinan saja tetapi ada muatan sosiologis, budaya, dan etnis.

Abdul menegaskan, upaya menjaga kerukunan justru terhambat oleh faktor non agama. Kepentingan di luar agama acapkali dijadikan komoditi agama baik berupa politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dan patut disayangkan masyarakat di level bawah masih belum cerdas memahami indikasi ini. Akibatnya, sensitifitas agama disalahpahami sehingga tak elak aspek kehidupan beragama banyak distorsi.

Oleh karena itu, ungkap Abdul, perlu dilakukan upaya internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Prinsipnya, tak satupun agama mengajarkan permusuhan tetapi justru menekankan kerukunan dan persaudaraan.

Tak kalah penting, umat beragama harus memahami dan mengamalkan secara baik bahwa agama bukan sekedar simbol. Tetapi bagaimana menempatkan agama sebagai jalan hidup dan penyejuk bagi sesama. Antara kepentingan agama dan non agama tidak boleh dicampuradukkan. Karena filosofi agama adalah moral dan filosofi non agama adalah pragmatisme dan kemaslahatan sesaat.

Ke depan, Abdul meyakini kerukunan umat beragama akan tetap terjaga dan kondusif. Indonesia patut berbangga atas prestasi mememihara kerukunan yang telah lama teruji. Bahkan, prestasi ini mendapatkan apresiasi dari negara internasional.

Tak heran, sejumlah negara seperti Austria, Afrika Utara, dan Lebanon menjadikan Indonesia sebagai model percontohan menjaga kerukunan antarumat beragama.”Kuncinya adalah bersikap arif, dewasa dan menjunjung nilai-nilai luhur agama,”kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement