Sabtu 04 Sep 2010 03:04 WIB

Jelang Pemilu di Mesir, Tayangan Ramadhan Jadi Alat Propaganda

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Pendukung kelompok oposisi di Mesir berunjuk rasa
Foto: FRANCE.24.COM
Pendukung kelompok oposisi di Mesir berunjuk rasa

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Ulama muda berteriak lantang pada setiap muslimah yang mengenakan cadar. Mereka juga berteriak kasar kepada warga Mesir yang mengadopsi gaya dan nilai-nilai barat. Tampak pula sebagian dari mereka memukuli lawan-lawannya.

Demikian sepenggal cerita serial "Al-Gamaa" atau "Kelompok" yang kini mengudara di televisi Mesir. Serial itu merupakan tamparan yang diberikan partai berkuasa pimpinan Presiden Hosni Mubarak terhadap oposisi Mesir menjelang pemilihan parlemen yang berlangsung tiga bulan lagi.

Pendukung oposisi menilai Pemerintah sengaja menggunakan serial itu sebagai bentuk propoganda sebagai kampanye hitam kelompok fundamentalis. Oposan menuding pemerintah menggambarkan mereka dengan citra sebagai pemberangus pemikiran sekuler sekaligus orientasi barat dan pengubah Mesir menjadi masyarakat Islam.

Pakar Politik Ashraf el-Sharif mengatakan serial itu memberikan efek berlawanan. "Apa yang ditampilkan ibarat memasukan dinosasurus pada fenomena politik yang hidup. Kini, Ikhwanul Muslim tidak bisa lagi menjadi kelompok yang dilarang pemerintah. Mereka telah memasuki setiap rumah, jalan dan warung kopi di Mesir," paparnya seperti dikutip dari Foxnews, Jum'at (3/9).

Dalam perkembangannya Ikhwanul Muslim menjaring banyak pengikut dan mendapat dukungan dari rakyat dengan memanfaatkan layanan jejaring sosial. Kelompok ini merupakan gerakan terbesar dan terorganisir dari kaum oposisi. Kehadiran kelompok ini berawal dari ketidakmampuan pemerintah untuk mereformasi demokrasi dan minimnya pelayanan dasar yang diberikan.

Berdiri tahun 1928, selanjutnya dilarang pada tahun 1954 atas alasan kekerasan. Semenjak meninggalkan kekerasan, kelompok ini kembali diterima. Bahkan dalam pemilihan umum tahun 2005 di Mesir, kelompok ini turut berpartisipasi sebagai partai Independen. Kelompok ini meraih 20 persen kursi dari 454 kursi parlemen. Lantaran berbahaya, pemerintah menangkap sekitar 5.000 anggotanya.

Pemilihan Presiden

Serial TV berjudl Al-Gamaa atau "Kelompok" ini merupakan satu acara yang sangat terpopuler di Mesir selama Ramadhan. Diproduksi oleh Albatros Film Production, serial ini merupakan hasil kerja sama dengan televisi milik negara.

Salah satu cerita serial itu memaparkan kasus pengadilan dimana kelompok itu dituduh mendirikan milisi mahasiswa. Secara bertahap, serial itu menceritakan kilas balik tentang pendirian kelompok Persaudaraan Muslim.

Banyak kalangan menilai, acara ini tidak memiliki akurasi dan lebih banyak mengekspresikan padangan dan kebijakan aparat keamanan di Mesir ihwal dugaan kelompok itu sebagai wadah pengembangan para ekstrimis. "Apa yang seharusnya menjadi drama justru menjadi propoganda politik yang mencolok," ujar  Abdel-Gelil al-Shernouby, editor laman resmi Persaudaraan Muslim.

Salah seorang penggagas acara, Wahid Hamid merupakan seorang penulis naskah ternama di Mesir. Dia juga dikenal sebagai sosok berpandangan sekuler dan kerap mengkritik kelompok politik Islam. Dia pun mengakui bahwa ada sejumlah fakta yang diubah demi tujuan produksi. Meski begitu dia mengakui acara ini tetap merujuk pada memoar dan tulisan-tulisan pendiri Persaudaran Muslim, Hassan al-Banna.

Al-Banna merupakan seorang ulama konservatif dan guru yang karismatik. Ia mendirikan Persaudaraan Muslim guna menerapkan sebuah sistem yang merujuk pada syariat islam.

Gerakan yang dipimpinnya menyebar mulai dari Indonesia hingga Maroko. Tak sedikit pengikutnya yang tersebar hingga AS dan Eropa.

Dari gerakan inilah, organisasi Hamas Palestina berdiri. al-Banna kemudian dibunuh pada tahun 1949. "Mereka yang mengenal Persaudaran Muslim tentu mengetahui kebohongan pemerintah dan media," ujar pemimpin Persaudaraan Muslim Mohammed Badie.

Sementara itu, pendukung pemerintah Mesir memastikan sejarah kelam Persaudaraan Muslim tidak bisa dibersihkan. "Masyarakat Mesir mengetahui bahwa mereka menginginkan negara ini menjadi negara Islam. Dengan begitu mereka bisa memusuhi semua dan mendorong kembali Mesir ke abad kemunduran," tutur Abdel Moneim saeed, anggota senior partai berkuasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement