Kamis 26 Aug 2010 19:52 WIB

Warga New York pro-Pendirian Masjid Bentuk Koalisi Dukungan

Dukungan warga New York bagi Islamic Center New York
Foto: Reuters
Dukungan warga New York bagi Islamic Center New York

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Kelompok Muslim, Yahudi, Kristen dan masyarakat umum telah membentuk koalisi, Rabu, untuk mendukung rencana pembangunan Islamic Center di dekat gedung World Trade Center, yang diserang, di New York. Rencana pembangunan ini telah menarik polemik panjang di AS.

Pusat kebudayaan dan masjid itu telah menghadapi penentangan sengit dari para politisi konservatif dan orang-orang yang menganggap lokasinya tidak sensitif dengan keluarga hampir 3.000 orang yang tewas dalam serangan 11 September 2001. Perdebatan itu mengarah ke tingkat nasional menjelang pemilihan November dan isu ini telah dipakai polisi Republik yang berusaha untuk merebut kekuasaan di Kongres dari partai Demokrat.

Tapi organisasi "Tetangga-tetangga New York untuk Nilai-nilai Amerika", yang baru dibentuk yang terdiri atas lebih dari 40 kelompok agama dan umum itu, mengatakan perdebatan itu telah menciptakan ketakutan dan pemisahan dan bahwa mereka akan berjuang untuk kebebasan konstitusi AS supaya lebih tegak.

"Kami tidak diserang oleh dunia Muslim," kata Donna O'Connor, jurubicara Keluarga 11 September untuk Perdamaian, yang puterinya yang sedang hamil tewas dalam serangan gedung WTC. "Kami 100 persen mendukung sepenuhnya pusat kebudayaan Islam di New York City."

Koalisi ini menyatakan dukungan bagi kebebasan beragama, tak semata dukungan bagi pendirian Islamic Center itu.  "Kami menolak pengekangan kebebasan beragama tapi tidak di halaman belakang saya," kata Donna Lieberman, direktur eksekutif Uni Kebebasan Sipil New York, pada konferensi pers untuk mengumumkan pembentukan organisasi baru tersebut.

Islamic Center ini didirikan atas inisiatif Cordoba House, sebuah organisasi Muslim. Nantinya, pada bangunan berlantai 13 ini lebih akan difungsikan sebagai sarana interaksi publik. Dalam bangunan itu terdapat auditorium, kolam renang, ruang-ruang pertemuan dan masjid hanya bagian kecil saja dari bangunan itu. Bangunan itujuga berarsitektur sederhana dan tidak ada menara, kubah atau motif lainnya yang sering dihubungkan dengan masjid atau umat Islam.

Beberapa penentang proyek itu telah mengambil tindakan hukum, berupaya menghindari keputusan yang akan membolehkan pembangunan itu berlangsung, sementara sejumlah pekerja bangunan telah melancarkan "Hard Hat Pledge", janji untuk tidak bekerja pada proyek itu.

Bhairavi Desai, direktur eksekutif Aliansi Pekerja Taksi New York, mengatakan kontroversi mengenai pusat kebudayaan Muslim dan masjid itu telah membuat umat Islam New York rentan. Aliansi itu memperkirakan separuh dari supir taksi kota itu Muslim, dan mereka menjadi salah satu korban kbencian itu.

Ahmed Sharif, imigran Bangladesh berusia 43 tahun, mengatakan ia telah dilukai di leher, wajah dan bahunya pada Selasa oleh seorang penumpang yang bertanya kepadanya apakah ia Muslim dan menjalankan (puasa) Ramadhan. Polisi mengatakan serangan itu sedang diselidiki sebagai kejahatan kebencian dan bahwa seorang pria berusia 21 tahun telah ditangkap dan menghadapi beberapa tuduhan termasuk pembunuhan yang diupayakan dan serangan.

sumber : Reuters/ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement