REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pola pendidikan terhadap kalangan muda Islam akan menentukan cara bersikap bagi generasi mendatang. Hal ini dianggap penting agar pandangan radikalisme tak tumbuh di kalangan generasi muda Islam.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), KH Asad Said Ali, dalam Silaturahim Kemerdekaan dan Buka Puasa Bersama di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/8), mengingatkan masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius. Karena itu, ketahanan terhadap radikalisme agama seharusnya lebih tinggi daripada negara lain.
Asad menambahkan generasi muda seharusnya dapat menjadi senjata untuk menangkal radikalisme agama. Oleh karena itu, pendidikan terhadap generasi muda Islam, tak terkecuali bagi kalangan NU, harus lebih ditingkatkan.
"Saat ini banyak orang NU masih banyak yang lemah. Muhammadiyah pun secara nasional mengalami hal yang sama," paparnya. Hal itu dipandangnya dapat menjadi faktor penghambat yang sangat serius untuk mengikis sikap radikal.
Sementara itu Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsudin, mengemukakan keprihatinannya terhadap kondisi riil bangsa saat ini. "Masih banyak warga yang tunaaksara moral," kata Din. Indikatornya pun jelas, yakni masih banyaknya korupsi dan pornografi. Akibat dari hal itu, tuturnya, ketahanan terhadap radikalisme agama kian dipertanyakan.
Selain itu, tingginya tunaaksara moral tersebut juga dapat dijadikan tolok ukur belum berhasilnya dakwah di Indonesia, baik yang dilakukan NU, Muhammadiyah, atau ormas Islam lainnya. Ia mengakkui saat ini banyak kalangan terdidik di Indonesia yang tak memiliki tingkat moral dan keimanan yang tinggi. Ini membuat keseimbangan antara tingkat moral dan kepandaian masyarakat masih timpang.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar NU (PPNU), Ahmad Syauqi mengatakan, bahwa kelompoknya menjadi bagian dalam peningkatan kualitas pendidikan generasi penerus bangsa, baik pendidikan dunia maupun pendidikan akhirat dengan --salah satunya-- memberikan beasiswa Pelajar Indonesia Tangguh Religius (PINTAR) kepada para pelajar-pelajar NU. Tujuannya adalah mewujudkan pelajar Indonesia yang berwawasan kebangsaan serta religius.
Sedangkan Menteri Pemberdayaan Daerah Tertinggal, Helmi Faisal Zaini, mengatakan seharusnya kemiskinan terhapus dari bumi Indonesia. "Jumlah sumber daya alam dibagi dengan jumlah sumber daya manusia di Indonesia seharusnya tidak boleh ada kemiskinan di Indonesia," katanya.