Sabtu 21 Aug 2010 17:49 WIB

Penyelidikan Fakta Tragedi Muslim Bosnia, Bangkitkan Trauma

Keluarga Muslim Srebrenica
Foto: RNW
Keluarga Muslim Srebrenica

REPUBLIKA.CO.ID,Halaman hitam bagi Belanda, tragedi bagi Muslim Bosnia. Pembantaian Srebrenica kembali jadi berita. Kehakiman menyelidiki fakta yang berdampak dakwaan dua komandan Belanda.

Juli 1995. Empat bulan menjelang akhir perang Bosnia. Di bawah tekanan pasukan Serbia-Bosnia bersenjata lengkap, 400 pasukan Belanda ditarik dari basis PBB di Srebrenica. Kawasan 'kantong aman' jatuh dan beberapa hari berikutnya sedikitnya 8000 lelaki tua dan muda dibunuh dan dibuang di kuburan massal.

Kenyataan bahwa 'Dutchbatters', batalion Belanda mencari selamat sendiri sementara di sana terjadi pembantaian massal, adalah trauma baik bagi korban dan maupun penjaga. Sebuah trauma yang muncul kepermukaan lagi, sejak Kehakiman mengumumkan penyelidikan.

Pengaduan

Penyidikan akan berfokus pada pengaduan terhadap Thom Karremans, ketika itu komandan Dutchbat dan wakilnya Mayor Rob Franken, dan seorang petugas staf angkatan bersenjata. Dua muslim Bosnia menggugat karena merasa tentara Belanda menyerahkan keluarga mereka kepada tentara Serbia Bosnia, beberapa saat sebelum Srebrenica jatuh.

"Ini masalah yang sangat serius yang seharusnya sudah ditangani langsung oleh Kehakiman dan tidak harus menunggu sampai ada pengaduan. Ini sayang sekali tidak terlaksana. Tapi saya lega juga karena sudah ada langkah kongkrit." Demikian Liesbeth Zegveld, pengacara dari keturunan Hasan Nuhanovic, mantan penerjemah Dutchbat dan Alma Mustafic anak dari seorang pekerja teknis untuk batalyon Belanda. Rizo Mustafic dan beberapa kerabat Nuhanovic dibunuh pasca jatuhnya Srebrenica.

Dalam gugatan itu keturunan korban menyatakan bahwa komandan Belanda dan wakilnya bertanggungjawab dalam pengusiran anggota keluarga dari markas PBB. Kehakiman masih harus memutuskan apakah penyidikan fakta itu bisa diubah menjadi pengadilan pidana terhadap para perwira.

"Saya berharap lembaga-lembaga peradilan di Belanda untuk melakukan tugas mereka, tidak bias dan secara profesional," kata Hasan Nuhanovic menanggapi berita bahwa penyidikan fakta dimulai. Ia sudah lama ingin menggugat, tetapi selalu saja dilarang oleh pengacaranya. Sekarang dia mengadukan juga kasus ini karena geram terhadap pernyatan dari pihak negara dalam kasus perdata yang dimulai tahun 2007.

Kebrutalan

Dalam proses pengadilan itu menurut Nuhanovic, pengacara negara Belanda menyatakan bahwa Dutchbat tidak mengusir para pengungsi dari basis. Pernyataan itu bertentangan dengan kesimpulan penyelidikan Institut Dokumentasi Perang Belanda (NIOD).

Nuhanovic menilai itu sebuah kebrutalan,"Mereka tidak mengikuti jalur Laporan NIOD. Dalam laporan itu disebutkan bahwa ada saat di mana komanda tentara Belanda menyuruh para pengungsi untuk keluar. Tapi, Belanda menyangkal kejadian ini. Ini membuat saya punya semangat baru untuk mencari keadilan lewat tuntutan ini."

Laporan NIOD setebal 6600 itu pada 2002 menyebabkan jatuhnya kabinet Belanda di bawah Perdana Menteri Wim Kok. Kabinetnya 'bertanggung jawab' atas apa yang terjadi di Srebrenica tapi tidak merasa bersalah.

Sekarang Kehakiman Belanda memulai penyelidikan untuk menjajagi kemungkinan menuntut dua komandan tentara Belanda. Namun, David Narnouw, peneliti dari NIOD tidak yakin kejaksaan akan menemukan fakta baru.

"Saya tidak yakin akan ditemukan fakta-fakta baru. Ini cuma interpretasi baru atas apa yang sudah tertera di dalam laporan. Misalnya, kalau dalam laporan itu tiba-tiba tercantum bahwa Karremans seminggu sebelumnya menulis: 'Jelas: kalau kita pergi dari sini semua muslim akan dibunuh.' Itu baru fakta baru. Tapi saya yakin kemungkinan itu kecil sekali."

sumber : radio netherlands
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement