Kamis 29 Jul 2010 11:32 WIB

Nuansa Kebangkitan Islam di Granada

Rep: Ferry Kisihandi/ Red: irf
Istanda Alhambra di Granada
Foto: lexicorient.com
Istanda Alhambra di Granada

REPUBLIKA.CO.ID, GRANADA--Sayup-sayup lagu Arab terdengar. Beriringan S dengan gemiricik bunyi air teh rasa mint yang dituangkan ke dalam gelas-gelas kecil, pengunjung berhadap-hadapan duduk di sofa berukuran rendah. Demikian suasana keseharian di kedai teh milik Abdul Hedi Bennatia yang ada di Granada, Spanyol.

Kedai yang bernuansa Maroko atau Tunisia itu, seakan membangkitkan kembali keberadaan Muslim di sana. Saat itu, terwujud sebuah pemerintahan Muslim di Spanyol bersama dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuannya. Termasuk, sentuhan peradaban yang ada di Granada, yaitu Alhambra.

Sylvia Smith dari BBC yang menuliskan laporan perjalanannya ke kedai Abdul Hedi beberapa waktu lalu, menyebutnya sebagai "Moorish Revival''. Sebab, Abdul Hedi dan sejumlah Muslim yang tepatnya ada di wilayah Calderia Nueva, Granada, merupakan bagian dari keturunan warga yang dulu pernah di sana saat pemerintahan Islam ada.

Ratusan tahun lalu, Muslim dari wilayah Afrika Utara berdatangan ke wilayah selatan Spanyol dan memegang kendali di sana. Abdul Hedi mengatakan, ia sengaja mendekorasi kedainya dengan gaya Andalusia. Demikian pula meja dan sofa yang digunakan di kedainya.

"Kami sangat ingin menjadi bagian dari kesinambungan sejarah Muslim, yang tak pernah benar-benar meninggalkan Spanyol," ujar pemilik kedai yang juga sejarawan dari Tunisia itu. Ia menambahkan, Islam yang dipraktikkan saat ini juga seperti Islam yang pernah ada di Granada dulu, yang menyebar dari Afrika Utara hingga Semenanjung Iberia dari abad ke-7 hingga abad ke14. "Kami menerima tetangga Kristen kami dengan baik dan menghormati tradisi-tradisi mereka," ujar Abdul Hedi. Ia pun sering bertemu dengan ribuan Muslim Eropa yang berlibur ke Granada.

Mereka tak hanya mengunjungi Alhambra, kompleks istana yang dibangun pemerintahan Islam di selatan Spanyol pada abad ke-14, tetapi berkunjung pula ke masjid besar lainnya yang dibangun pada 2002. Suasana dan kondisi ini, ujar dia, membuat 15 ribu Muslim di sana merasa benar-benar berada di rumah sendiri.

Laila, warga Spanyol Laila, warga Spanyol yang memeluk Islam, mengatakan Alhambra merupakan tempat yang sangat menarik banyak pengunjung. Terdapat suasana unik yang terhampar di jalan-jalan sekitar Alhambra. Seakan, kata dia, periode bersejarah masih tetap hidup dan kekal.

Said Ekhlouf yang berasal dari Tetouan, Maroko Utara, mengungkapkan, pembukaan kedai-kedai teh dan sejumlah toko kerajinan lainnya menjadi pemicu awal bangkitnya kembali budaya Afrika Utara Islam di Granada. Ini terjadi pada 1980-an saat harga properti di sana masih sangat rendah. Kini, harganya melambung.

"Sebelum kami membuka kedai dan toko, sedikit sekali orang yang berani berjalan di jalanan, ter utama pada malam hari,'' kata Ekhlouf. Semuanya begitu lengang dan orang-orang yang kerap ditemui di jalan adalah pengguna narkoba dan pekerja seks komersial. "Kini, kami telah mengubahnya menjadi salah satu wilayah yang sangat populer.'' Namun, tak semua warga asli Spanyol menerima mereka dengan simpatik. "Sudah sejak lama kami mengalahkan kaum Moor dan mengirimkan mereka pulang,'' kata Dolorez Ramirez, seorang warga Granada. Ia menyatakan tak keberatan mereka berada di sini sepanjang mereka berperilaku seperti warga lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement