Rabu 21 Jul 2010 04:47 WIB

Muslim Uganda Berjuang Entaskan Kemiskinan

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Budi Raharjo
Muslim Uganda melakukan shalat Idhul Adha
Foto: www.bbc.co.uk
Muslim Uganda melakukan shalat Idhul Adha

REPUBLIKA.CO.ID,Benua Afrika selama ini kerap diidentikkan dengan kemiskinan. Sebagian kalangan menilai, kemiskinan yang melanda sudah demikian masif dan kompleks. Banyak faktor yang memengaruhinya. Mulai dari sejarah benua itu sebagai wilayah jajahan, maraknya korupsi, kondisi geografis, hingga konflik berkepanjangan.

Problem kemiskinan juga menjadi isu utama di Uganda. Negara di Afrika Timur ini berpopulasi sekitar 27,8 juta jiwa. Sebagian besar penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka pernah mengalami situasi sulit sebagai sebuah bangsa saat pertikaian antaretnis dan agama merebak, tetapi kini mereka mencoba bangkit dari keterpurukan.

Bukan pekerjaan mudah untuk mewujudkan kesejahteraan. Laporan lembaga Human Development menyebutkan, kendati beragam upaya telah ditempuh, tingkat kemiskinan tidak turun, justru bertambah. Bila tahun 1998 angkanya masih 35 persen, tahun 2003 naik menjadi 38 persen. Kesenjangan antara kaum miskin dan kaya semakin melebar.

Warga di kawasan timur paling menderita. Angka kemiskinan di sini tercatat tertinggi di seluruh negeri. Dari sekitar 35 persen tahun 2000, meningkat drastis menjadi 46 persen dalam tiga tahun. Salah satu sebab yakni kurang berkembangnya sektor pertanian. Komunitas Muslim Uganda menghadapi persoalan ini. Seperti disampaikan staf pengajar komunikasi massa di Universitas Islam di Uganda, Mpoza Abdul Hamid, banyak kemajuan telah dicapai kalangan Muslim. Akan tetapi umat masih terbentur masalah kemiskinan.

Menteri Pertanahan Uganda, Asuman Kiyingi, mengungkapkan sebagian Muslim masih diliputi perasaan rendah diri. Umat dinilai kurang berpartisipasi dalam pembahasan isu-isu bangsa, jarang mengeluarkan pendapat. Demikian pula saat berlangsung kegiatan-kegiatan resmi, sewaktu diminta memimpin doa, tiada seorang pun bersedia sehingga diambil alih kelompok non Muslim. Di Uganda terdapat lebih dari sejuta atau sekitar 12,1 persen penduduk Muslim.

Oleh karena itulah Asuman Kiyingi berharap agar umat lebih percaya diri serta mulai tampil ke depan. Dia meminta umat untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan agama dan bangsa. ‘’Perlu dipahami, ini adalah hakikat agama Islam guna memajukan kualitas kehidupan, bukan terus menerus menjadi pengemis serta peminta-minta,’’ tegas dia.

Upaya pengentasan kemiskinan menjadi fokus utama. Komunitas Muslim bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi dan agama. Masjid serta sekolah banyak dibangun, demikian pula sejumlah aktivitas amal usaha telah tersebar di seantero negeri. Beberapa organisasi lokal dan internasional tidak tinggal diam dalam perjuangan ini.

Pada bagian lain, Asuman Kiyingi memandang penting terjalinnya ukhuwah yang lebih erat. Dalam kaitan ini, dari amatan Asuman, pembangunan di berbagai bidang sebagai prasyarat menuju umat sejahtera tentu membutuhkan kerja sama dan persatuan.

Tokoh Muslim, Prince Kassim Nakibinge, menyerukan umat untuk meningkatkan keimanan sekaligus bekerja keras guna mengatasi kemiskinan. Pernyataan senada dilontarkan Sheikh Sulaiman Kakeeto, pemimpin Uganda Muslim Tabliq Community, yang meminta umat berpartisipasi secara aktif dalam berbagai bidang, termasuk ranah politik. '’Jangan hanya mengeluh ketika tidak memiliki wakil di pemerintahan. Kita harus terlibat dalam kegiatan politik, memilih wakil umat mulai dari tingkat bawah bahkan sampai ke kursi presiden,’’ dia menegaskan dalam allafrica.com.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement