Selasa 22 Jun 2010 20:57 WIB

Maroko Tertarik Berguru Demokrasi dan Islam dari Indonesia

Pemandangan sebuah kota di Maroko (Illustrasi)
Foto: EVERYCULTURE.COM
Pemandangan sebuah kota di Maroko (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT--Wakil Menteri Luar Negeri, Maroko Latifa Akherbach, menilai Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia di mana Islam dapat berjalan beriringan. Karena alasan itu Maroko ingin belajar dari Indonesia.

Keinginan itu disampaikan Latifa Akherbach di London (Inggris), Senin (21/6) malam sehubungan dengan digelarnya resepsi peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia--Maroko yang diadakan di Wisma Duta, Rabat, Senin (21/5) malam.

Hadir dalam resepsi perayaan 50 tahun hubungan Indonesia-Maroko itu diantaranya duta besar dan perwakilan negara sahabat, termasuk Dubes AS di Maroko beserta keluarga, pejabat pemerintah, akademisi, pengusaha dan kalangan masyarakat Indonesia di Maroko dan tiga mantan Dubes Maroko di Indonesia.

Latifa mengemukakan Indonesia sebagai negara Muslim dengan penduduk terbesar dapat menyatukan nilai Islam, demokrasi dan modernisasi, sehingga Maroko menilai Indonesia merupakan negara penting untuk menjalin kerja sama dalam menghadapi tantangan dan krisis global serta Islamofobia yang makin meningkat.

Ia mengatakan bahwa hubungan Indonesia Maroko semakin meningkat dengan adanya saling pengertian kedua negara. Hubungan politik yang telah berjalan selama 50 tahun, nilai dia, dilandasi keinginan yang kuat dari kedua pemimpin negara untuk saling membantu menjadi modal dalam menghadapi masalah tersebut.

Sementara itu Dubes Indonesia untuk Maroko, Tosari Widjaja menyelaskan awal hubungan diplomasi Indonesia dan Maroko dengan penyerahan surat kredensial Dutabesar Nazir Pamontjak pada 19 April 1960 kepada Raja Marako Mohammed V.

"Peristiwa 50 tahun yang lalu itu menjadi batu pijakan pertama yang menjadi landasan penting bagi para pemimpin ke dua negara untuk lebih memperkuat hubungan dan kerja sama Indonesia Maroko," ujarnya.

Selama 50 tahun hubungan bilateral tersebut ,terjadi peningkatan kerjasama. Terakhir, Indonesia-Maroko membentuk Komite Bersama Bilateral yang ditandatangani terakhir kali pada Juni 2008 dalam bidang kerja sama politik dan ekonomi.

Hubungan bilateral tersebut dapat ditingkatkan dibidang lainnya seperti pariwisata, investasi, pendidikan dan budaya dengan basis sejarah dalam upaya meningkatkan hubungan antarwarga atau "people to people contacts" yang menghasilkan pengertian yang makin besar diantara kedua negara.

Resepsi perayaan ulang tahun 50 tahun hubungan Indonesia Maroko itu digelar pameran foto photo yang mengambarkan kunjungan Presiden Soekarno ke Maroko dan disambut oleh Raja Mohammed V serta seluruh rakyat Maroko yang menyambut hangat kehadiran Soekarno ditengah kota Rabat serta peresmian pemberian nama jalan di pusat kota Rabat dengan nama Soekarno.

Acara resepsi peringatakan 50 tahun hubungan Indonesia Maroko itu juga mendapat liputan dari media masa setempat termasuk televisi RTM Rabat yang mewawancarai Dubes Tosari Widjaja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement