REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pimpinan Pusat Aisyiyah segera menggelar muktamar ke-46 pada 3 Juli 2010 di Yogyakarta. Muktamar tersebut akan membahas kondisi bangsa untuk dirumuskan solusinya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan membuka Muktamar Aisyiyah itu melalui telekonferensi.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Aisyiyah Prof Siti Chamamah Soeratno usai melakukan pertemuan dengan Presiden di Kantor Presiden, Rabu (16/6). "Kami tadi menyampaikan kepada Presiden, kami melaksanakan muktamar ke-46, jelang satu abad Aisyiyah," ujar Chamamah.
Chamamah didampingi Ketua PP Aisyiyah Masyitoh Chusnan, Atikah M Zakki, Dyah Siti Nuraini, Siti Wardanah Muhadi, dan Sekretaris Umum PP Aisyiyah Shoimah Kastolani. Sedangkan, Presiden didampingi Menag Suryadharma Ali, Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar, Mensesneg Sudi Silalahi, dan Seskab Dipo Alam.
Presiden menyampaikan apresiasi terhadap kiprah Aisyiyah bagi bangsa Indonesia. Menurut Chamamah, Aisyiyah sudah melaksanakan berbagai program untuk mendukung pemerintah, khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Aisyiyah yang merupakan organisasi perempuan Muhammadiyah ini memiliki banyak Rumah Sakit dan Perguruan Tinggi.
Aisyiyah berdiri setelah terbentuknya Muhammadiyah, tepatnya pada 1917. Gerakan Aisyiyah, kata dia, sudah sampai pada tingkat internasional, khususnya dalam bidang perempuan.
Chamamah menambahkan, Muktamar Aisyiyah akan membahas berbagai persoalan bangsa yang kini memprihatinkan. "Persoalan yang akan dibawa ke muktamar yaitu situasi bangsa yang memprihatinkan yang harus ada langkah konkret yang akan dirumuskan dalam muktamar," ujar Chamamah menjelaskan.
Menurut dia, Aisyiyah terus akan terlibat aktif dalam membangun karakter bangsa (character building). "Karakter yang pas dengan kebutuhan bangsa Indonesia, yang maju, yan militan, yang kritis, dan sejuk," kata Chamamah. Selain itu, katanya, muktamar akan membahas pula persoalan ekonomi.
Persoalan ekonomi itu, kata Chamamah, bisa berdampak pada bidang lain. "Ekonomi yang lemah berdampak pada tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat," katanya. Oleh karenanya, Aisyiyah mendukung tercapainya Millenium Development Goals (MDG's) di Indonesia.
Untuk mempertajam isu yang akan dibawa ke muktamar, Chamamah mengatakan, Aisyiyah akan mengundang para aktivis dari berbagai negara. "Nanti satu hari sebelum muktamar akan ada seminar internasional yang dihadiri aktivis dari negara-negara lain," kata dia. Menurut Chamamah, muktamar akan dihadiri ratusan ribu orang.
Dalam kesempatan itu, Chamamah menyampaikan, Aisyiyah segera menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Hukum dan HAM terkait dengan pemberdayaan narapidana di lapas-lapas se-Indonesia. "Membicarakan perhatian terhadap lapas kaitannya dengan kesehatan dan moral bangsa, khususnya akhlak," kata Chamamah.
Dalam kesempatan sama, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengatakan, Aisyiyah memilik kepengurusan di seluruh Indonesia, sehingga kerjasama dilakukan melalui Kanwil Kemkumham di berbagai daerah. Aisyiyah akan terlibat dalam penyuluhan dan pembinaan para napi di lapas.
"Para napi membutuhkan sosok ibu, agar setelah mereka keluar dari lapas tidak lagi melakukan perbuatan melawan hukum lagi," kata Patrialis. Selain itu, Aisyiyah juga akan membantu sosialisi tentang hukum kepada masyarakat. Hal itu dilakukan dengan membantu program Sadar Hukum yang dimiliki Kemkumham.