Rabu 11 Nov 2015 11:04 WIB

Ponpes Al Mizan Majalengka Dibangun dari Pemahaman ‘Tauhid Keseteraan’

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
KH Maman Imanulhaq Faqieh (kanan).
Foto: Youtube
KH Maman Imanulhaq Faqieh (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID,

Pemaknaan ’tauhid’ dalam konteks relasi sosial sesungguhnya terkandung sebuah spirit kesetaraan. Kedudukan Allah SWT sebagai zat tertinggi, meniscayakan posisi seluruh manusia di hadapan Allah SWT setara. Karena itu, orang yang betul-betul bertauhid akan menempatkan siapapun dari kasta manapun, status sosial apapun, atau jenis kelamin apapun, kedudukannya sama atau setara dengan dirinya. Spirit dan energi ketauhidannya itu, otomatis akan mendorongnya untuk menghargai orang lain, tidak merendahkan atau menistakan, dan tanpa pandang bulu akan memperlakukan siapapun secara manusiawi.

 

“Berangkat dari pemahaman ‘tauhid kesetaraan’ itulah, pondasi dasar tradisi keilmuan Pondok Pesantren Al Mizan dibangun dan dikembangkan hingga saat ini,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Ciborelang, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, KH Maman Imanulhaq Faqieh, saat ditemui Republika Online.

 

Pria yang akrab disapa Kang Maman itu mengatakan, selain membawa kemaslahatan individual, ’kesetaraan tauhid’ akan mendorong pula pada terbentuknya kemaslahatan sosial. Yakni sebuah tatanan masyarakat yang bermoral, santun dan manusiawi, bebas dari diskriminasi, ketidakadilan, kezaliman, dan penindasan.

Pada sisi inilah, spirit transformasi diharapkan muncul atau lahir dari pesantren. Sehingga pesantren betul-betul ada sebagai bagian dari solusi atau jalan keluar dari kebuntuan sosial. “Dari spirit itu sesungguhnya Al Mizan ingin menebarkan semangat Islam yang konstruktif dan humanis, yang membumi, tidak mengawang-ngawang, dan selalu berangkat dari realitas sosial dan kultural,” tutur Kang Maman.

 

Selain itu, dari spirit tauhid kesetaraan itupula, akan lahir spirit Islam yang diorientasikan bagi perdamaian, Islam antikekerasan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Al Mizan ingin mengukuhan Islam damai dan toleran yang memberikan kesejukan kepada siapapun.

 

Ponpes Al Mizan pun berupaya menanamkan sejak dini kepada para santrinya untuk berperan secara sosial dengan melebur menjadi bagian dari komunitas masyarakat sekitarnya. Para santri dididik untuk dapat turut andil dalam mewujudkan masyarakat beradab yang maslahat.

 

Diharapkan, dari Al Mizan akan lahir generasi yang mempunyai karakter Qurani dan memegang teguh nilai-nilai Islami.  Pribadi-pribadi yang dapat diandalkan sebagai agen perubahan yang akan mensosialisasikan nilai-nilai cinta kasih, persaudaraan, prinsip keadilan sosial, kemashlahatan dan kerahmatan semesta di tengah kehidupan berbangsa, bernegara serta dalam kehidupan global.

 

Setiap hari, selain menerima pelajaran di sekolah formal yang berdasarkan kurikulum Kemendikbud dan Kemenag, para santri yang berjumlah sekitar 1.000 orang itu, juga menerima pendidikan kepesantrenan. Mereka diharuskan membaca dan mengkaji Alquran, hadis dan kitab kuning. Para santri, mulai dari tingkat MTs, SMA dan SMK, juga diharuskan tinggal di asrama.

 

Tak hanya itu, di ponpes yang didirikan pada 1999 tersebut, para santri juga dibekali pendidikan ekstrakurikuler ‘suluk mizani’. Yakni sebuah cara/metode untuk menginternalisasi nilai-nilai kealmizanan dan keindonesiaan.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut, para santri dikumpulkan dan berbaris di lapangan. Dengan dipimpin Kang Maman ataupun pengajar lainnya, para santri melakukan gerakan-gerakan tertentu yang mengekspresikan optimisme, meneriakkan yel-yel dan nyanyian berisi motivasi, dengan diselingi permainan edukatif.

 

“Dengan nilai-nilai kealmizanan, ditanamkan kepada santri bahwa mereka harus menjadi spirit transformasi dan perdamaian. Sedangkan dengan nilai-nilai keindonesiaan, kita tanamkan bahwa NKRI adalah harga mati,’’ kata Sekretaris Yayasan Al Mizan Langensari, Ade Duryawan.

 

Selain menanamkan nilai-nilai agama dan kehidupan sosial, seni dan tradisi serta kearifan lokal juga memiliki tempat tersendiri di Pondok Pesantren Al-Mizan. Bahkan, setiap tahun, di ponpes tersebut diselenggarakan Festival Al-Mizan. Dalam festival itu, diselenggarakan pagelaran seni, tradisi dan budaya lokal.

 

Al Mizan pun selama ini menjadi rumah bagi anak-anak jalanan yang selama ini masih terpinggirkan. Untuk mewadahi kretivitas mereka, maka Al Mizan bersama-sama Komunitas Anak Jalanan Jatiwangi (Anjat) dan Anak Jalanan sekitar Al-Mizan, mendirikan Rumah Singgah Anak Bangsa Kreatif (Rumah Singgah ABK) pada 2013.

Rumah singgah itu  terletak di dusun Pasuketan, Ciborelang, Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Berbagai kegiatan positif dari anak-anak jalanan dikembangkan di rumah singgah itu, di antaranya service atau bengkel motor, jasa service jok, dan jasa cuci motor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement