Senin 24 Apr 2017 00:23 WIB

Saat Mualaf Mencari Tuhan, Melihat Ka'bah dan demi Sebuah Aqidah

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ustaz Felix Siauw.
Foto: Republika/Agung Suprianto
Ustaz Felix Siauw.

REPUBLIKA.CO.ID, Di Masjid TSM Kota Bandung, Ahad (23/4), ribuan jamaah yang memenuhi masjid menjadi saksi empat orang warga keturunan Cina bersyahadat. Suasana, menjadi haru biru di dalam ruang masjid yang bergaya arsitektur seperti masjid Madinah itu, saat Ustaz Felix Siauw membimbing empat mualaf bersyahadat. Yakni, dua orang akhwat dan dua orang ikhwan yang sebelumnya mereka beragama kristen.

"Ini adalah satu bagian gerbang yang mengantarkan keempat teman kita menjadi teman kita di dunia dan akhirat. Kita semua yang hadir di sini menjadi saksi bahwa mereka bagian dari kami," ujar Ustaz Felix.

Kemudian, dengan mengikuti ucapan Ustaz Felix, satu persatu mualaf tersebut mengucapkan dua kalimah syahadat. Suasana semakin haru, ketika Ustaz mendoakan keempatnya. Beres mengucapkan dua kalimah syahadat, semua jamaah yang hadir bergiliran memeluk dan memberikan selamat pada keempat mualaf.

"Nikmat terbaik adalah keimanan. Hadiah, yang terbaik bagi non-Muslim adalah masuk islam," kata Ustaz Felix. Dia mengatakan, semua mualaf yang sudah bersyahadat harus mulai shalat, berpuasa, dan membayar zakat.

Bagi Enci Evi (51 tahun), usai membacakan syahadat, merupakan babak baru dalam lagi dalam kehidupannya. Ya, ini karena, Ia harus menanggung berbagai risiko. Termasuk, kehilangan semua anggota keluarganya.

"Saya siap menanggung risiko. Saya siap kehilangan suami dan tiga anak saya yang tak tahu saya masuk islam," ujar Enci dengan nada lirih.

Enci rela kehilangan semuanya asal tetap menjalankan keyakinannya saat ini yakni percaya kalau Tuhan yang wajib disembah hanya Allah. Untuk memperoleh keyakinan ini, Ia tak mendapatkannya begitu saja. Namun, Ia telah menempuh berbagai pencarian. Terakhir, Ia memperdalam injil dan mencari tafsir yang benar lalu membandingkan dengan Alquran.

Pemahaman dirinya tentang tuhan berubah total saat belajar tentang konsep trinitas. Pergumulan hatinya semakin bergejelok selama sepekan ini.

"Puncaknya, saya waktu Kamis (21/4) kemarin saya datang ke Masjid Lautze. Lalu saya sujud taubat karena telah menyembah tuhan selain Allah," katanya.

Enci tahu pasti, setelah mengucap dua kalimah syahadat tantangan hidup ke depannya sangat besar. Karena, suaminya masih beragama kristen walaupun sudah lama Ia pisah ranjang. Begitu juga, dengan ketiga anaknya yang sudah besar memiliki pemahaman lain.

"Saya tahu risikonya. Saya siap. Sudah kebayang reaksi mertua dan ketiga anak saya," katanya.

Berbeda dengan Enci yang melakukan pencarian tuhan, mualaf lainnya bernama Mesti (25 tahun) sebelum mengucap dua kalimah syahadat sempat bermimpi melihat Ka'bah ditunjukkan oleh seseorang yang tak dikenalnya. Mimpi tersebut, bahkan berulang sampai lima kali. Sehingga, membuat dirinya galau.

"Saya mimpi yang sama berturut-turut sampai lima kali. Setelah bermimpi setiap ada adzan dan mendengar orang membaca Alquran hati saya bergetar, tangan saya gemetaran," katanya.

Menurut Mesti, setelah membaca syahadat ada perasaan tenang, lega, dan merasa terlahir kembali. Walaupun, di sisi lain, Ia takut untuk berbicara tentang keyakinan barunya ini pada orang tuanya. "Ya, saya belum ngomong ke orang tua. Ada perasaan takut. Tapi ini risiko saya. Ini jawaban mimpi saya kemarin," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement