REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Periode panjang Dinasti Fatimiyah selama hampir tiga abad membawa kebangkitan besar di bidang arsitektur. Banyak monumen dibangun dengan gaya baru atau tambahan dari tradisi dan budaya di mana bangunan berada.
Ketika Ubaidillah merebut kekuasaan di Ifriqiyah pada 910 M, awalnya ia pindah ke Aghlabid, tapi kekacauan politik mendorongnya mencari tempat lain. Pilihannya jatuh pada Mahdiya. Tidak diragukan lagi keputusan itu dibuat dengan alasan strategis. Selain hasratnya untuk menciptakan ibu kota baru, ia juga mempunyai ambisi membangun kekuatan angkatan laut yang besar.
Semenanjung kota sepanjang 14 kilometer dikelilingi benteng besar. Akses dari sisi darat dijaga dua gerbang besar yang kuat. Ubaidillah menata pelabuhan, membangun gudang, istana, dan masjid agung. Sisa-sisa benteng dan salah satu dari dua gerbang kota, Sqifa al-Kahla, masih ada. Gerbang terdiri atas serambi berkubah setinggi 33 meter dan panjang lima meter yang memiliki enam pintu.
Menurut sumber tertulis abad pertengahan, gerbang itu dihiasi dengan singa perunggu yang saling berhadapan. Gerbang ini memperkuat pertahanan. Di dalam relung terdapat bangku untuk penjaga. Istana Ubaidillah berdiri di timur kota dan di seberangnya berdiri istana putranya, al-Qaim. Republika.co.id, akan mengulasnya menjadi tiga bagian.
Sumber: Pusat Data Republika