Jumat 29 May 2015 23:10 WIB

Wisata Syariah di Pulau Seribu Masjid (1)

Tiga Gili Tersebut merupakan tempat wisata favorit dikunjungi para turis asing di pulau Lombok dan juga sebagai kawasan konservasi perairan nasional dengan luas sekitar 2954 hektar
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi/ss/Spt/12
Tiga Gili Tersebut merupakan tempat wisata favorit dikunjungi para turis asing di pulau Lombok dan juga sebagai kawasan konservasi perairan nasional dengan luas sekitar 2954 hektar

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK --  Kumandang azan nan merdu dan alunan syair-syair pujian menyongsong waktu shalat sayup-sayup terdengar dari masjid-masjid bergaya Timur Tengah. Suasana yang memancarkan aura religius itu menghiasi pemukiman penduduk hingga ke pelosok-pelosok desa di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Hamparan alam yang indah dan gugusan pantai yang eksotis melengkapi anugerah Ilahi di bumi "Seribu Masjid" NTB. Pemerintah daerah di Nusa Tenggara Barat telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan setelah pertanian di daerah yang dijuluki "Bumi Gora" itu.
 
Pada 2012 Pemerintah Provinsi NTB meluncurkan program Visit Lombok-Sumbawa (VLS) dengan target kunjungan wisatawan sebanyak satu juta orang yang dilanjutkan dengan program VLS jilid II dengan target angka kunjungan wisatawan sebanyak dua juta orang hingga penghujung 2015.
 
Keberhasilan mengembangkan pariwisata alam tidak membuat pemerintah berpuas diri dan selalu mencari peluang baru. Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi kemudian menggagas wisata syariah sebagai gerbong baru komoditi pariwisata di Pulau Seribu Masjid itu.
 
Wisata syariah menjadi tren baru pengembangan pariwisata NTB yang akan dimulai tahun 2015. Semangat baru pengembangan wisata syariah itu menyusul ditetapkannya NTB sebagai salah satu dari 12 destinasi wisata syariah secara nasional.
 
Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dinilai sebagai salah satu daerah paling siap mengembangkan destinasi wisata dengan konsep syariah.
 
Ketua Asosiasi Pariwisata Islami Indonesia (APII)-NTB H Fauzan Zakaria mengakui meski baru ditetapkan sebagai salah satu destinasi nasional wisata syariah namun konsep wisata Islami itu sudah dilakukan di daerah NTB jauh hari sebelumnya.
 
Keberadaan ratusan pondok pesantren di NTB menjadi pondasi kuat pengembangan wisata syariah di daerah tersebut.
 
Pengembangan wisata syariah itu juga sejalan dengan harapan Menteri Pariwisata Arif Yahya yang menetapkan NTB menjadi salah satu dari 12 destinasi wisata syariah secara nasional. NTB telah meletakkan pondasi pengembangan wisata syariah yang didukung oleh keberadaan masjid, kuliner halal, hotel bernuansa syariah dan tentunya keindahan alam dan potensi lainnya.
 
Program pengembangan wisata syariah itu juga mendapat dukungan kuat dari masyarakat antara lain terbukti di ruang-ruang publik disediakan tempat ibadah seperti di pusat perbelanjaan, kantor pemerintah dan swasta serta kumandang azan yang selalu terdengar saat masuk waktu sholat.
 
Tidak hanya itu, pondok-pondok pesantren juga sudah menyiapkan paket-paket wisata islami. Begitu juga wisata kuliner sudah terjamin dengan semakin banyak tersedia tempat makan halal serta hotel syariah juga sudah mulai bertebaran.
 
"Semangat inilah yang memotivasi kami untuk memulai pengembangan wisata syariah ini di Bumi Gora ini, tanpa bermaksud bersaing dengan konsep wisata konvensional. Wisata syariah ini jangan dibuat sebagai pesaing, tetapi merupakan gerbong baru pariwisata NTB," ujar Fauzan.
 
APII berkeinginan menjadikan NTB memiliki karakteristik khusus di dunia pariwisata. Selain menyasar pasar wisatawan dalam negeri, NTB juga sudah mengambil ancang-ancang berpromosi di sejumlah negara Timur Tengah, seperti Dubai, Turki, Saudi Arabia dan sekitarnya.
 
Namun promosi juga tetap akan dilakukan di negara yang tidak memiliki penduduk mayoritas Muslim seperti negara Eropa, begitu juga negara tetangga Asia. Di kawsan Asia, potensi pasar wisata syariah ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement