REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Dr KH Kholil Nafis, mengatakan strategi inovasi adalah strategi rekayasa sosial yang meneladani cara-cara walisongo. "Para walisongo melakukan rekayasa sosial melalui budaya seperti tahlil, dibaan, dan semacamnya," katanya.
Namun, katanya, strategi rekayasa sosial untuk masa kini hendaknya melalui inovasi, seperti laman/website khusus Aswaja, twitter, facebook, youtube, BBM, SMS, mailing group, jejaring internet, radio, televisi, dan sebagainya. "Yang jelas, kalau Amerika itu tegas pada Iran dan Eropa tegas pada Saudi Arabia, maka NU (Indonesia) jangan menerima Syiah dan Wahabi begitu saja, melainkan tegas pada keduanya agar Islam moderat semakin mendunia," katanya.
Dalam kesempatan itu, Ketua Komisi Hukum MUI Pusat, Prof Dr Mohammad Baharun SH MA, mengharapkan NU Jatim menjadi benteng bagi Islam Aswaja atau Islam moderat dan sekaligus benteng bagi NKRI yang menghadapi ancaman berbagai ideologi dunia.
"Sebagai benteng Islam Aswaja, NU Jatim sudah melakukan pendekatan kepada MUI dan Pemprov Jatim, sehingga terbitlah fatwa MUI Jatim dan Perda Pemprov Jatim bahwa Syiah adalah sesat, namun kebijakan itu ditindaklanjuti dengan pendekatan kultural (pembinaan)," katanya.
Untuk menghadapi ancaman berbagai ideologi dunia itu memang perlu empat syarat yakni Islam harus bersatu, membekali jamaah sendiri, menyosialisasikan nama-nama Sahabat Nabi, mengkaji Syiah dengan "kitab" rujukan Syiah, dan tidak bertindak represif.
"Islam harus bersatu itu berarti satu suara sehingga tidak ada yang mengatakan Syiah itu berbeda madzhab, tapi Syiah itu memang sesat. Untuk sosialisasi anti-Syiah, di antaranya memberi nama anak, nama masjid, nama pesantren, nama asrama, nama ruangan, dan sebagai dengan nama-nama sahabat nabi," katanya.
Dalam kesempatan itu, Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Agoes Ali Masyhuri menyatakan setuju untuk melakukan pembinaan masyarakat melalui dakwah. "Kalau kita pakai marah-marah justru Syiah, Wahabi, HTI, dan semacamnya akan semakin 'besar'," katanya, didampingi Direktur Aswaja Center PWNU Jatim KH Abdurrahman Nafis Lc MHi