Oleh: Amri Amrullah
Nama Kiai Isa juga masuk seabagai tim perumus Qanun Asasi Persis yang diterima secara bulat oleh Muktamar V Persis (1953) dan disempurnakan pada Muktamar VIII Persis (1967).
Kebijakan organisasinya telah memperjuangkan Persis sebagai organisasi Islam yang vital dalam perjuangan sosial masyarakat bersama organisasi Islam lainnya.
Dalam bidang pembinaan kader Persis, Isa Anshary menekankan pentingnya sebuah madrasah, tempat membina kader-kader muda Persis. Semangatnya dalam hal pembinaan kader tidak pernah padam meskipun ia mendekam dalam tahanan Orde Lama di Madiun.
Isa Anshary mencoba menghidupkan semangat para kadernya dalam usaha mengembangkan serta menyebarkan agama Islam dan perjuangan organisasi Persis.
Antisekularisme
Selama memimpin Persis, Kiai Isa dikenal sebagai figur yang keras menentang sekularisme dan komunisme. Dua ideologi yang berseberangan dengan Islam itu tengah merebak di sendi-sendi Orde Lama.
Ia juga dikenal dengan kegigihannya menyerukan dengan lantang penerapan syariat Islam. Untuk mengaktualisasikan gagasannya itu, ia memutuskan terlibat di jalur politik. Partai Masyumi menjadi pilihan kendaraannya saat itu.
Soal penguasaan massa dan kemampuan memengaruhi orang lain, Kiai Isa jagonya. Ini tampak dari pidatonya yang berapi-api dan membakar bara semangat. Sebab itulah, ia mendapat julukan Singa Podiom. Ia bukan hanya jago retorika, melainkan juga piawai menulis.
Analisisnya tajam, goretan penanya sekuat pidato-pidato yang ia sampaikan di atas podium. Tak sedikit buah karyanya yang menyulut Soekarno, pemimpin Orde Lama ketika itu, gerah.